Rabu, 03 April 2013

SEMANGAT MATAHARI


NAMA SISWA                     : FATIN NUZULLA
KELAS                                  : XE
ASAL MADRASAH            : MAN I PONTIANAK
                                               
SEMANGAT MATAHARI

Di suatu pagi, udara yang segar dan pemandangan alam yang asri. Tampaklah seorang anak lelaki bernama Ari berlari-lari kecil menuju ke sekolahnya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan 5 sahabatnya yang bernama Siti, Rio, Waya, Tono dan Putri. Mereka sangat gembira hari ini karena hari ini adalah hari pertama mereka duduk di bangku kelas 6 SD. Jarak mereka menuju dari rumah ke sekolah tidaklah sebentar. Mereka menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam. Mereka harus melewati
sungai kecil dan sawah-sawah.
Sampailah mereka di SD 01 Desa Tanjung Gading. Sekolah ini sangat memprihatinkan. Murid di sekolah ini hanya ada 12 orang dan hanya ada 2 kelas. Dinding kelasnya sudah banyak yang retak-retak, atapnya bolong-bolong dan hanya berlantai tanah. Tapi dengan kondisi sekolah seperti ini tak mematahkan semangat siswa-siswinya untuk belajar karena mereka mempunyai guru yang sangat baik. Guru itu bernama bu Wati. Bu Wati adalah wali kelas Ari karena bu Wati lah siswa-siswi kelas ini semangat belajar. Ia adalah motivator untuk para siswa.
Sepulang sekolah, Ari dan kelima sahabatnya pulang bersama-sama. Sesampainya di rumah, ia mengganti pakaiannya dan langsung pergi ke pantai untuk bekerja. Semenjak kematian ayahnya, Ari lah yang membantu ibunya untuk mencari nafkah untuk membiayai ketiga adiknya dan biaya sekolahnya sendiri. Hanya dengan cara ini lah Ari dan keluarganya dapat bertahan hidup.
Masa ujian pun tiba, Ari pun belajar dengan serius. Ia berdoa semoga ia mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Selama ujian, ia tidak membantu ibunya bekerja untuk sementara. Ari sangat teliti mengerjakan soal-soal tersebut. Ari mengerjakannnya tanpa menyontek. Ujian pun selesai, Ari menunggu pengumuman hasil kelulusan itu. Setiap hari Ari selalu berdo’a kepada Allah agar ia mendapatkan nilai yang diinginkan.
Hari ini adalah pengumuman kelulusan. Ari pergi ke sekolah dengan muka yang berseri bersama kelima sahabatnya. Setelah mereka sampai di sekolah, ternyata sekolah sudah dipenuhi oleh siswa-siswa lainnya yang menunggu pengumuman tersebut. Ari pun gugup menunggu hasil itu. Ia hanya bisa berdoa dan tawakal. Ternyata apa yang diinginkannnya tercapai. Ia menjadi juara pertama se-kabupaten Tanjung. Betapa bersyukurnya Ari pada saat itu. Tiba-tiba ada seorang lelaki tua yang menghampirinya, dilihat dari segi penampilannya sepertinya lelaki  itu orang yang mampu.
Maaf dek, kamu matahari ya? Siswa yang jadi juara pertama di kabupaten Tanjung?” bapak itu bertanya pada Ari.
Iya, betul saya Matahari. Ada yang bisa saya bantu pak?” Ari bertanya kepada lelaki itu. Lelaki itu terdiam sejenak.
“Apa saya boleh berkunjung ke rumah kamu sekarang?”
Ari hanya terdiam dan ia hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati siapakah lelaki yang sedang berbicara padanya ini. Ari memperbolehkannya untuk berkunjung ke rumahnya. Di rumah Ari, ternyata lelaki tua itu meminta izin kepada ibunya untuk mengangkat Ari menjadi anaknya dan membiayai sekolah Ari di ibu kota. Lelaki ini adalah seorang pejabat di ibu kota. Lelaki ini memohon dengan amat sangat karena ia memikirkan masa depan Ari. Anak muda seperti Ari sangat jarang ditemukan. Lelaki tua itu pun berjanji akan membiayai hidup ibunya Ari di sini. Dengan berat hati ibunya Ari menerima keputusan itu karena ibunya juga memikirkan kelanjutan sekolah Ari. Namun Ari hanya terdiam mendengar ucapan ibunya. Ia hanya dapat menahan air mata karena selama ini, ia sangat dekat dengan ibu dan saudaranya. Tapi ini lah kenyataannya, Ari hanya bisa menahan semua dan ini juga demi kebaikan dia.
Satu minggu kemudian
Ia dijemput oleh lelaki yang  mengangkatnya sebagai anak itu. Ia pun berpamitan dengan ibu, adik dan para sahabatnya  sambil menangis tersedu-sedu. Ari tak tahan untuk menahan air mata lagi. Ari pun memeluk ibunya dan berkata, “Bu, tunggu aku ya. Aku janji sama ibu. Aku akan jadi orang sukses di kota. Aku ingin membahagiakan ibu. Aku ingin membuat ibu bangga. Aku mohon tunggu aku.Tangisan Ari semakin kencang. Ibunya tak dapat berkata apa-apa  lagi karena ia tersentuh dengan perkataan anaknya barusan.
Selama di perjalanan Ari hanya diam beribu kata sambil memeluk erat tasnya. Ia hanya memperhatikan pemandangan di perjalanan sambil meneteskan air mata. Ia sama sekali tidak bisa menahan air mata itu. Ia sangat sayang kepada ibunya dan ia tak rela untuk meninggalkan ibunya. Ia pun terpandang pemandangan yang indah. Ia melihat kebun yang sangat subur dan pemandangan ini lah yang menghapus air matanya. Ia merasa terhibur dengan kebun itu.
Sampai lah Ari di rumah yang mewah dan megah. Di rumah itu ada banyak mobil mewah. Ari terkagum-kagum melihat rumah itu. Ternyata lelaki ini tak mempunyai anak dan istri, di rumah ini hanya di penuhi oleh para pembantu.  Karena itulah Ari diangkat menjadi anak oleh lelaki ini.
Hari ini adalah hari pertama Ari sekolah di SMP 59 Jakarta Timur. Tak ada yang mengenalinya dan tak ada yang ia kenali. Selama di kelas, ia hanya duduk diam dan menunduk. Tiba-tiba seseorang duduk di samping Ari dan menyapanya.
“Hai, bolehkah saya duduk di sini?” tanya seorang anak perempuan berkulit putih dan berambut pendek itu.
Iya, silahkan.” Ari mempersilahkan ia duduk disebelahnya.
Kamu berasal dari daerah mana?” tanya anak itu lagi padaku.
Saya dari desa Tanjung Gading. Kamu berasal dari mana? Apakah kamu juga berasal dari desa?” tanya Ari.
Tidak. Saya memang berasal dari sini. Maukah kamu menjadi temanku?“
Mereka pun berjabat tangan dan saling berkenalan. Anak perempuan itu bernama Chila Jessica. Sejak saat itu, mereka berdua besahabat. Mengerjakan tugas bersama-sama dan berpergian pun bersama-sama.
3 tahun kemudian
Sudah 3 tahun  ia bersahabat dengan Chila. Sekarang ia satu SMA dengan Chila lagi. Ari selalu menghabiskan waktu bersama Chila. Karena Chila lah, ia tidak bersedih lagi. Chila lah yang menjadi motivator Ari untuk belajar. Entah mengapa  Ari merasakan suatu rasa yang berbeda. Apakah itu cinta? Entahlah. Ari pun memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Chila. Tanpa berpikir panjang, mereka pun pacaran.
Dari SD sampai sekarang Ari memang sering juara 1 di sekolah, oleh karena itu dia diikutsertakan untuk mengikuti lomba cerdas cermat. Di perlombaan itu, ia bertemu teman lamanya yang bernama Waya. Ternyata nasip Waya sama dengannya. Waya diangkat menjadi anak seorang pejabat. Mereka pun bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing. Tiba-tiba muncullah Chila di hadapan mereka. Ari pun memperkenalkan Chila pada Waya.
Pertemuan Ari  dengan Waya waktu itu mengingatkannya pada ibunya. Sudah lama ia tidak berkunjung ke rumah ibunya di Desa Tanjung Gading. Ia pun menangis di balkon rumahnya. Tiba-tiba Pak Tony melihat Ari menangis.
Kamu kenapa Ri? Ada masalah sama Chila?” tanya Pak Tony.
Tidak yah. Aku rindu dengan ibuku di kampung. Apa aku boleh izin ke kampung yah? Aku mohon,“ Ari memohon kepada Pak Tony untuk pulang ke kampung halamannya tapi Pak Tony melarang Ari untuk pulang karena masih ada perlombaan yang harus Ari ikuti. Ari hanya bisa menangis tersedu-sedu. Hati Pak Tony tersentuh melihat Ari menangis seperti itu karena sudah beberapa tahun ini ia tak pernah melihat Ari menangis seperti ini. Pak Tony hanya bisa memeluk Ari dengan erat.
Hari ini Ari kelihatan murung seperti pertama ia sekolah. Chila bingung kenapa Ari berkelakuan seperti ini. Ari pun tak ingin mengatakan sepatah katapun kepada Chila. Ia hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia juga tidak konsentrasi pada pelajaran yang sedang berlangsung. Ia sesekali mengeluarkan air mata dan terus menunduk.
Hari ini, Ari tidak mengantar Chila pulang ke rumah karena Ari tidak ingin di ganggu hari ini. Chila pun mengerti dengan sifat Ari yang berubah tiba-tiba. Di perjalanan pulang Ari mendapat telfon dari Pak Tony untuk pulang lebih awal karena ada sesuatu yang ingin diperlihatkan pada Ari. Sesampainya di rumah, dengan ekspresi wajah yang sendu ia memasuki pintu rumah. Ketika di ruang tamu, ia melihat sesosok wanita paruh baya sedang duduk di sofa. Ia seperti mengenali wanita itu. Ia terus menerka-nerka siapakah yang ada di ruang tamunya itu.
Eh, kamu sudah pulang nak. Lihat siapa yang ayah bawa dari jauh?” Pak Tony menyambut Ari dengan senyuman. Ari pun menangis karena itu adalah ibunya. Orang yang selama ini sangat ia rindukan. Ibu Ari pun memeluk Ari dengan eratnya. Ari masih tidak menyangka kalau yang ada di pelukannya ini adalah ibunya. Senyuman Ari timbul kembali. Ia tidak murung seperti tadi. Ia pun memohon pada Pak Tony agar ibunya tinggal di rumah itu untuk beberapa minggu dan tidur bersama dengannya. Pak Tony mengabulkan permintaan Ari. Malam harinya ia bercerita kepada ibunya pengalamannya selama di sini.
            Beberapa tahun kemudian     
Sekarang, sesuai harapan Ari, ia menjadi insinyur di univrsitas Gajahmada. Ia pun mendapatkan pekerjaan tetap dan  ia pun bisa membiayai hidup ibunya dan adik-adiknya.

=====TAMAT===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar