NAMA SISWA : FATIN
NUZULLA
KELAS : XE
ASAL MADRASAH : MAN I PONTIANAK
SEMANGAT
MATAHARI
Di suatu pagi, udara yang
segar dan pemandangan alam yang asri. Tampaklah seorang anak lelaki bernama Ari berlari-lari
kecil menuju ke sekolahnya. Di tengah perjalanan,
ia bertemu dengan 5 sahabatnya yang bernama Siti, Rio, Waya, Tono dan Putri.
Mereka sangat gembira hari ini
karena
hari ini adalah hari pertama mereka duduk di bangku kelas 6 SD. Jarak mereka
menuju dari rumah ke sekolah tidaklah sebentar. Mereka menempuh perjalanan
kurang lebih 1 jam. Mereka harus melewati
sungai kecil dan sawah-sawah.
sungai kecil dan sawah-sawah.
Sampailah mereka
di SD 01 Desa Tanjung Gading. Sekolah ini sangat memprihatinkan. Murid di
sekolah ini hanya ada 12 orang dan hanya ada 2 kelas. Dinding kelasnya sudah banyak yang retak-retak,
atapnya bolong-bolong dan
hanya berlantai tanah. Tapi dengan kondisi sekolah seperti ini tak mematahkan
semangat siswa-siswinya untuk belajar karena mereka mempunyai guru yang sangat
baik. Guru itu bernama bu
Wati. Bu Wati adalah wali kelas Ari karena bu
Wati lah siswa-siswi kelas ini semangat belajar. Ia adalah motivator untuk para siswa.
Sepulang sekolah, Ari dan kelima
sahabatnya pulang bersama-sama.
Sesampainya di rumah, ia mengganti pakaiannya dan langsung pergi ke pantai
untuk bekerja. Semenjak kematian ayahnya, Ari lah yang membantu ibunya untuk
mencari nafkah untuk membiayai ketiga adiknya dan biaya sekolahnya sendiri. Hanya
dengan cara ini lah Ari dan keluarganya
dapat bertahan hidup.
Masa ujian pun tiba,
Ari pun belajar dengan serius. Ia berdoa semoga ia mendapatkan nilai tertinggi
di sekolahnya. Selama ujian, ia tidak membantu ibunya bekerja untuk sementara. Ari
sangat teliti mengerjakan soal-soal tersebut. Ari mengerjakannnya tanpa
menyontek. Ujian
pun selesai, Ari menunggu pengumuman hasil kelulusan itu. Setiap hari Ari
selalu berdo’a kepada
Allah agar ia mendapatkan nilai yang diinginkan.
Hari ini adalah
pengumuman kelulusan. Ari pergi ke sekolah dengan muka yang berseri bersama kelima
sahabatnya. Setelah mereka sampai di sekolah, ternyata sekolah sudah dipenuhi
oleh siswa-siswa lainnya yang menunggu pengumuman tersebut. Ari pun gugup
menunggu hasil itu. Ia
hanya bisa berdoa dan tawakal. Ternyata
apa yang diinginkannnya tercapai.
Ia menjadi juara pertama se-kabupaten Tanjung. Betapa
bersyukurnya Ari pada saat itu. Tiba-tiba ada seorang lelaki tua yang
menghampirinya, dilihat dari segi penampilannya sepertinya lelaki itu orang yang mampu.
“Maaf dek, kamu matahari
ya? Siswa yang jadi juara pertama
di kabupaten Tanjung?” bapak itu bertanya pada
Ari.
“Iya, betul saya Matahari. Ada yang bisa
saya bantu pak?” Ari bertanya kepada lelaki itu. Lelaki itu terdiam sejenak.
“Apa saya boleh
berkunjung ke rumah kamu sekarang?”
Ari hanya terdiam
dan ia hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati siapakah lelaki yang sedang berbicara
padanya ini. Ari memperbolehkannya untuk berkunjung ke rumahnya. Di rumah Ari,
ternyata lelaki tua itu meminta izin kepada ibunya untuk mengangkat Ari menjadi
anaknya dan membiayai sekolah Ari di ibu kota. Lelaki ini adalah seorang pejabat di ibu
kota. Lelaki ini memohon dengan amat sangat karena ia memikirkan masa depan Ari.
Anak muda seperti Ari sangat jarang ditemukan. Lelaki tua itu pun berjanji akan
membiayai hidup ibunya Ari di sini. Dengan berat hati ibunya Ari menerima
keputusan itu karena ibunya juga memikirkan kelanjutan sekolah Ari. Namun Ari
hanya terdiam mendengar ucapan ibunya. Ia hanya dapat menahan air mata karena selama ini, ia sangat dekat dengan
ibu dan saudaranya. Tapi ini lah kenyataannya, Ari hanya bisa menahan semua dan
ini juga demi kebaikan dia.
Satu minggu kemudian
Ia dijemput oleh
lelaki yang mengangkatnya sebagai anak
itu. Ia pun berpamitan dengan ibu, adik dan para sahabatnya sambil menangis tersedu-sedu. Ari tak tahan
untuk menahan air mata lagi. Ari pun memeluk ibunya dan berkata, “Bu, tunggu
aku ya. Aku janji sama ibu. Aku akan jadi orang sukses di kota. Aku ingin membahagiakan
ibu. Aku ingin membuat ibu
bangga. Aku mohon tunggu aku.“ Tangisan Ari semakin
kencang. Ibunya tak dapat berkata apa-apa
lagi karena ia tersentuh dengan perkataan anaknya barusan.
Selama di
perjalanan Ari hanya diam beribu kata sambil memeluk erat tasnya. Ia hanya
memperhatikan pemandangan di perjalanan
sambil meneteskan air mata. Ia sama sekali tidak bisa menahan air mata itu. Ia sangat sayang kepada ibunya dan ia tak rela untuk
meninggalkan ibunya. Ia pun terpandang pemandangan yang indah. Ia melihat kebun
yang sangat subur dan pemandangan ini lah yang menghapus air matanya. Ia merasa terhibur
dengan kebun itu.
Sampai lah Ari
di rumah yang mewah dan megah. Di rumah itu ada banyak mobil mewah. Ari
terkagum-kagum melihat rumah itu. Ternyata lelaki ini tak mempunyai anak dan
istri, di rumah ini hanya di penuhi oleh para pembantu. Karena itulah Ari diangkat menjadi anak oleh
lelaki ini.
Hari ini adalah
hari pertama Ari sekolah di SMP 59 Jakarta Timur. Tak ada yang mengenalinya dan
tak ada yang ia kenali. Selama di kelas, ia hanya duduk diam dan menunduk.
Tiba-tiba seseorang duduk di samping Ari dan menyapanya.
“Hai, bolehkah
saya duduk di sini?” tanya seorang anak perempuan berkulit putih dan berambut
pendek itu.
“Iya, silahkan.” Ari
mempersilahkan ia duduk disebelahnya.
“Kamu berasal dari daerah
mana?” tanya anak itu lagi padaku.
“Saya dari desa Tanjung Gading. Kamu berasal dari mana? Apakah kamu juga berasal
dari desa?” tanya Ari.
“Tidak. Saya memang berasal dari sini. Maukah kamu menjadi
temanku?“
Mereka pun
berjabat tangan dan saling berkenalan. Anak perempuan itu bernama Chila Jessica.
Sejak saat itu, mereka berdua besahabat. Mengerjakan tugas bersama-sama dan berpergian pun
bersama-sama.
3 tahun kemudian
Sudah 3 tahun ia bersahabat dengan Chila. Sekarang ia satu
SMA dengan Chila lagi. Ari selalu
menghabiskan waktu bersama Chila. Karena Chila lah, ia tidak bersedih lagi. Chila lah yang menjadi
motivator Ari untuk belajar. Entah
mengapa Ari merasakan suatu rasa yang
berbeda. Apakah itu cinta? Entahlah. Ari pun memberanikan
diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Chila. Tanpa berpikir panjang, mereka pun
pacaran.
Dari SD sampai
sekarang Ari memang sering juara 1 di sekolah, oleh karena itu dia diikutsertakan
untuk mengikuti lomba cerdas cermat. Di perlombaan itu, ia bertemu teman
lamanya yang bernama Waya. Ternyata nasip Waya sama dengannya. Waya diangkat
menjadi anak seorang pejabat. Mereka pun bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing.
Tiba-tiba muncullah
Chila di hadapan mereka. Ari pun memperkenalkan Chila pada Waya.
Pertemuan
Ari dengan Waya waktu itu
mengingatkannya pada ibunya. Sudah lama ia tidak berkunjung ke rumah ibunya di
Desa Tanjung Gading.
Ia pun menangis di balkon rumahnya. Tiba-tiba Pak Tony melihat Ari menangis.
“Kamu kenapa Ri? Ada masalah sama
Chila?” tanya Pak Tony.
“Tidak yah. Aku rindu dengan
ibuku di kampung. Apa aku boleh izin ke kampung yah? Aku mohon,“ Ari memohon kepada
Pak Tony untuk pulang ke kampung halamannya tapi Pak Tony melarang
Ari untuk pulang karena masih ada perlombaan yang harus Ari ikuti. Ari hanya
bisa menangis tersedu-sedu. Hati Pak Tony tersentuh melihat Ari menangis
seperti itu karena
sudah beberapa tahun ini ia tak pernah melihat Ari menangis seperti ini. Pak
Tony hanya bisa memeluk Ari dengan erat.
Hari ini Ari
kelihatan murung seperti pertama ia sekolah. Chila bingung kenapa Ari
berkelakuan seperti ini. Ari pun tak ingin mengatakan sepatah katapun kepada
Chila. Ia hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia juga tidak
konsentrasi pada pelajaran yang sedang berlangsung. Ia sesekali mengeluarkan
air mata dan terus menunduk.
Hari ini, Ari tidak mengantar
Chila pulang ke rumah karena
Ari tidak ingin di ganggu hari ini. Chila pun mengerti dengan sifat Ari yang
berubah tiba-tiba. Di perjalanan pulang Ari mendapat telfon dari Pak Tony untuk
pulang lebih awal karena ada sesuatu yang ingin diperlihatkan pada Ari.
Sesampainya di rumah, dengan ekspresi wajah yang sendu ia memasuki pintu rumah.
Ketika di ruang tamu, ia melihat sesosok wanita paruh baya sedang duduk di sofa.
Ia seperti mengenali wanita itu.
Ia terus menerka-nerka
siapakah yang ada di ruang tamunya itu.
“Eh, kamu sudah pulang
nak. Lihat siapa yang ayah
bawa dari jauh?” Pak Tony menyambut Ari dengan senyuman. Ari pun menangis
karena itu adalah ibunya. Orang yang
selama ini sangat ia
rindukan. Ibu Ari pun memeluk Ari dengan eratnya. Ari masih tidak menyangka
kalau yang ada di pelukannya ini adalah ibunya. Senyuman Ari timbul kembali. Ia
tidak murung seperti tadi. Ia pun memohon pada Pak Tony agar ibunya tinggal di
rumah itu untuk beberapa minggu dan tidur bersama dengannya. Pak Tony mengabulkan
permintaan Ari. Malam harinya ia bercerita kepada ibunya pengalamannya selama di sini.
Beberapa
tahun kemudian
Sekarang, sesuai harapan Ari, ia
menjadi insinyur di univrsitas Gajahmada.
Ia pun mendapatkan
pekerjaan tetap dan ia pun bisa
membiayai hidup
ibunya dan adik-adiknya.
=====TAMAT===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar