Da
Vinci’s Trouble
(Dayang Kintan SMAN 2 Ptk)
Abad
ke 27
“Ta..tapi”
Seorang
gadis berumur 18 tahun terlihat berusaha masuk kedalam sebuah perusahaan yang
cukup besar didepannya. Namun beberapa orang berpakaian putih –mereka adalah
ilmuwan- menghadangnya, menutupi satu-satunya jalan untuk masuk.
“Saya
mohon, berikan satu kali saja kesempatan. Akan saya buktikan saya bisa
membantu...” Pinta si gadis yang bernama Yuna itu.
“Hei
nona kecil, lebih baik kamu belajar yang baik dulu! Lalu jika sudah 10 tahun
lebih tua dari sekarang baru akan kami pikirkan lagi!”
Kemudian
para ilmuwan itupun masuk kedalam, meninggalkan Yuna yang hanya bisa menunduk
pasrah.
***
Seorang
pria tengah berbaring santai di taman belakang Perusahaan ayahnya, menikmati
angin sore yang menerpa wajahnya dengan lembut. Membuat ia semakin terbuai
untuk menutup matanya. Hampir saja ia akan berlayar ke pulau pribadinya sampai
terdengar teriakan seorang gadis.
“AAAAAAAAA!!!”
Alan,
nama pria itu terlonjak kaget. Ditolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan,
melacak asal suara teriakan yang baru saja didengarnya.
“Aneh,
ini sudah sore.. para pekerja harusnya sudah pulang? Atau memang ada hantu di
sini?” Gumamnya pelan sambil tetap mengedarkan pandangannya kesekeliling
berharap apa yang didengarnya hanyalah ilusi saja.
“AAAAAAA!!
IBUUUUUUU!!”
Kembali
suara itu terdengar. Setelah yakin itu adalah suara manusia, Alan pun berjalan
mencari asal suara tersebut.
“Aish...”
Terdengar erangan pelan dari arah kanan, hingga pria berkulit putih itu pun
melangkahkan kakinya kekanan. Kakinya berhenti melangkah saat melihat seorang
gadis yang diyakininya berteriak tadi. Ditatapnya gadis yang terus mengacak
rambutnya itu tanpa berkedip sama sekali.
‘Cantik...’
Pikirnya.
‘Ah!
Apa yang kupikirkan?? Ini bukan urusanku!’ Pikir Alan kembali, lalu memutar
tubuhnya berbalik arah. Namun, tubuhnya menolak pikirannya. Kaki yang harusnya
melangkah pergi, malah tetap terpaku disana. Mata yang harusnya mengacuhkan,
malah terus menatap makhluk ciptaan Tuhan yang terlihat sedih namun disisi lain
tetap cantik.
Alan
menghela napas, ‘Ok, Alan kau harus kesana.. kau penasaran kan dengan gadis
itu?’ Yakinnya dalam hati. Dengan langkah sedikit ragu ia mendekati si gadis
yang tenggelam dalam dunianya sendiri.
“Hei!”
Sapa Alan yang sukses membuat gadis itu terkejut. Terlihat ketika kepalanya
terangkat sekilas menunjukkan ekspresi kaget namun sedetik kemudian berubah
menjadi datar.
“Apa?
Kamu juga mau bilang gadis sepertiku tidak boleh duduk di taman ini?!” Bentak
gadis itu tiba-tiba.
“Ha?”
Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir tipis Alan, bingung dengan maksud
perkataan sang gadis.
“Aaaaaaa!!
Memangnya kenapa kalau aku masi berumur 18 tahun? Kalian bilang aku masih bocah
ingusan yang baru hidup? Kalian itu yang terlalu kolot!!”
Serentetan
kalimat panjang yang keluar dari mulut sang gadis membuat Alan semakin bingung.
“Tu-tunggu
dulu, bisa jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Alan mencoba
menenangkan sang gadis dengan mengajaknya bercerita.
“Aku
tidak kenal kamu, untuk apa aku harus bercerita denganmu?” Sang gadis
menyipitkan matanya membuat Alan meneguk air liurnya susah payah karena tatapan
sang gadis yang mengintimidasinya.
“Ok,
aku Alan... Alan Nicola Darma..” Alan mengulurkan tangannya.
“Nenekku
bilang tidak boleh berbicara dengan orang asing..” Gadis itu hanya menatap
tangan Alan dengan tatapan datarnya. Hal itu membuat Alan menjadi salah
tingkah. Alan kembali menghela napasnya, mencoba menyabarkan diri.
“Jadi
ap...”
“Ya
ampun! Medic robo ku!!!!” Kalimat Alan dipotong oleh gadis itu yang malah
langsung berlari pergi meninggalkan Alan dalam keadaan hening.
“Hei!
Gadis aneh! Kembaliii!!! “ Pekik Alan.
***
“Tuan
muda, kita sudah sampai..”
Air
car milik Alan berhenti di depan perusahaan ayahnya, Maxus Corp. Air car adalah
sebuah mobil yang dikendarai di udara dengan sistem kerja yang sama saat kita
mengendarai di jalan. Air car merupakan salah satu produk Maxus Corp. yang
dibilang cukup laku untuk perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan
robot. Untuk saat ini, Maxus Corp menjadi pengendali utama di pasar persaingan
dunia dalam hal robot. Sedikit banyak hal itu membuat Alan, pewaris tunggal
perusahaan tersebut merasa terbebani. Di usianya yang masih 19 tahun ia sudah
harus mempelajari cara yang tepat dalam mengurus perusahaan yang sudah bergerak
selama 8 tahun itu.
Brak!
Baru
saja ia melangkah turun dari Air car, terdengar suara bantingan keras. Ia
menoleh dan melihat gadis kemarin yang ditemuinya tengah mengambil sebuah benda
di tanah yang diyakininya adalah sebuah robot.
“Bukankah
kami sudah bilang, tidak membutuhkan bocah ingusan seperti anda?” Beberapa
orang ilmuwan perusahaan berdiri menghadang gadis itu.
“Ta-tapi,
bukankah kalian tadi melihat kemampuan robot ciptaanku?” Ucap gadis itu membuat
Alan tertegun.
‘Jadi,
dia pencipta robot? Wow! Bentuknya sempurna! Bahkan, struktur tubuhnya benar
benar menyerupai manusia!’ Pikir Alan kagum.
“Walaupun!
Kami tidak menerima anda!”
“Kenapa?”
Gadis itu masih terlihat tidak terima.
“Anda
ingin tahu?” Salah seorang ilmuwan mereka mendekatinya.
“Karena..
anak seumuranmu hanya akan merepotkan kami dengan segala macam kepintaran yang
terlalu memuakkan, kami tidak ingin ada bocah yang menyaingi kami..”
Setelah
kalimat itu keluar para ilmuwan masuk ke dalam. Sedangkan gadis itu yang kita
ketahui namanya Yuna, hanya bisa menatap nanar orang-orang tersebut. Sama
seperti Alan yang ikut diam memperhatikan adegan di depannya.
***
“Hei!
Kita bertemu lagi!” Sapa Alan kala hari sudah sore. Alan tahu, gadis
dihadapannya yang bernama Yuna itu akan kembali duduk di tempat yang sama.
Bagaimana ia bisa tahu nama gadis itu? Well, bukan hal yang sulit bagi Alan
yang notabene seorang anak pengusaha sukses untuk mencari tahu tentang kehidupan
Yuna.
Yuna
mengangkat kepalanya, namun kembali menunduk kala melihat Alan menyapanya.
“Apa
maumu? Jangan ganggu aku.. “ Ucapnya pelan tanpa ada tenaga.
“Kamu
tidak mengenalku?” Tanya Alan heran.
“Apa
ada alasan khusus agar aku harus mengenalmu?” Yuna balik bertanya dengan nada
sinis. Alan terkekeh kecil. ‘Gadis ini benar-benar menarik..”
“Baiklah..
hmm.. itu robotmu?” Tanya Alan memancing Yuna untuk bicara dengannya.
“Iya,
kenapa? Kau ingin bilang robotku jelek?” Tanya Yuna masih dengan nada sinisnya.
“Wowowo..
tenang nona, aku hanya bertanya. Lagipula aku tidak bilang robotmu itu jelek..”
Alan memasang wajah polosnya. Membuat Yuna mendengus.
“Lalu?
Apa?” Nada suara Yuna mulai melunak meskipun masih ada unsur sinis didalamnya.
“Apa
jenis robotmu?” Alan terlihat penasaran dengan bentuk robot milik Yuna yang
terlihat seperti seorang dokter yang memakai jas putih.
“Dia,
Medic Robo.. yah, seperti yang kau ucapkan dia memang robot jenis medis yang
memiliki kemampuan sebagai ahli bedah, menggunakan instrumen mikro yang
mengikuti sistem sebuah robot namun aku sempurnakan lagi dengan menggunakan
bentuk yang benar benar seperti manusia” Ucap Yuna panjang lebar sambil asyik
mengutak-atik robot disampingnya.
“Da Vinci
Surgical System...” Ucap Alan tanpa sadar. Membuat Yuna terkejut.
“Ba-bagaimana
kau tahu?” Tanya Yuna heran, karena Da Vinci Surgical System adalah robot yang
berada pada tahun 1999. Robot yang mampu mencengangkan dunia pada zamannya.
“Apa kamu
percaya pada sebuah kebetulan?” Tanya Alan tanpa memperdulikan pertanyaan Yuna
barusan.
***
“Whoa!! I-ini
benar-benar...” Decak kagum terdengar dari mulut Yuna saat beberapa saat yang
lalu Alan mengajaknya masuk ke dalam ruang penelitian Maxus Corp.
Flashback
“Apa kamu percaya pada sebuah kebetulan?” Tanya Alan
lagi karena tidak mendapatkan respon dari Yuna.
“Ten-tentu saja.. kenapa?”
Alan tersenyum, memamerkan deretan giginya yang
putih. Tanpa sadar membuat gadis di hadapannya terhempas kedalam mata onyx
miliknya yang begitu memikat.
“Akhirnya, aku menemukanmu...” Alan menyentuh kedua
tangan Yuna lembut dan penuh perasaan.
“Ha?” Yuna terlihat bingung dengan tindakan yang
dilakukan oleh Alan.
“Ayo, kita masuk!” Ajak Alan menariknya menuju pintu
utama perusahaan Ayahnya.
“Loh? Kita tidak bisa masuk kesana!!” Yuna mencoba
menghentikan langkah Alan. Namun Alan hanya membalasnya dengan senyuman
misterius.
“Tentu bisa..”
“Kenapa?”
“Karena, kamu sedang bersama pewaris tunggal Maxus
Corp.”
Perkataan Alan membuat Yuna tidak bisa berkata
apa-apa lagi.
Flashback end
Yuna masih
menatap Alan, saat tiba-tiba Alan berbalik dan menariknya untuk masuk lebih
dalam lagi. Terlihat beberapa ilmuwan yang tadi pagi menghina Yuna menatapnya
dengan pandangan heran dan tidak suka.
“Kenapa anda
bisa disini?” Tanya salah seorang ilmuwan itu dengan sinis.
“Aku yang
membawanya Professor Eli..” Alan bersuara.
“Bukankah
sudah ada perjanjian, tidak boleh membawa orang asing masuk kedalam ruang
penelitian?” Professor Eli menatap Alan dengan pandangan dingin. Nampaknya dia
adalah ketua dalam penelitian ini.
“Tapi, dia
bukan orang asing karena dia...”
Alan menarik
Yuna mendekat dan melingkarkan lengan kirinya di pinggang ramping milik Yuna
secara posesif.
“Adalah
kekasihku..” Lanjutnya kemudian.
“Apa?” Hampir
seluruh orang di ruangan itu terkejut. Termasuk Yuna yang tidak bisa berkata
apapun lagi.
“Jadi, apa
jawabanmu Professor?” Alan menatap Professor Eli santai. Terlihat Professor Eli
tengah menggumamkan sesuatu.
“Baiklah, tapi
dengan satu syarat. Aku akan memberi kalian satu bulan jika lebih dari itu
kalian tidak bisa menghidupkannya jangan pernah merecoki apa yang kami lakukan
di penelitian kami...”
“Ok!”
Profesor Eli
dan Alan saling berjabat tangan. Tanpa orang lain sadari, tatapan mata antara
kedua orang itu saling berperang.
***
Hari 1
“Ok! Jadi apa
yang akan kita kerjakan?” Tanya Alan riang. Yuna hanya menatapnya aneh, kemana
wajah serius yang kemarin ditunjukkan oleh Alan?
“Tunggu dulu,
kau tidak menjelaskan padaku apa maksud dengan ‘menghidupkannya’?? “ tanya Yuna
yang hanya di balas dengan senyuman tipis dari Alan.
“Kamu tidak
tahu? Yang dimaksud dengan ‘menghidupkannya’ adalah...” Alan berjalan menuju
sebuah benda yang diselubungi oleh kain hitam. Ia menarik kain itu dan terlihat
sebuah mesin yang terlihat sudah lama namun tetap mempertahankan kekokohan yang
dimiliki oleh robot yang sudah berhasil mengoperasi banyak manusia dengan
sukses.
“I-ini...”
“Say hello
with Da Vinci Surgical System generasi pertama...” Ucap Alan pelan. Yuna
berjalan perlahan mendekati robot yang tidak hidup itu. Ia terlihat benar-benar
takjub.
“Aku,
benar-benar tidak percaya..”
“Well, nona
ilmuwan tampaknya kau harus menyadarkan dirimu dari kekaguman karena waktu kita
tidak banyak!” Alan menyadarkan Yuna.
“Ok, bagaimana
dia bisa rusak?” Tanya Yuna serius. Alan hanya mengangkat kedua bahunya, tidak
tahu.
“Entahlah,
saat itu robot ini tengah kami pamerkan di depan investor yang ingin
melihatnya, tapi baru saja hendak melakukan demo cara kerjanya tiba-tiba robot
ini mati, kami pikir lengan mekaniknya mengalami kerusakan namun tidak ada
tanda kerusakan di situ.” Jelas Alan sambil mengelus pengendali utama Da Vinci.
Yuna mengelus
dagunya, tampak berpikir sejenak.
“Tampaknya
kita harus membongkar tangannya..”
“Ok!” Seru
Alan semangat.
Mereka pun
membongkar lengan mekanik pada robot tua itu. Namun hasil yang Yuna harapkan
ternyata tidak ada. Yuna berdecak keras, lalu mengambil buku tentang robot yang
diberikan oleh keluarganya secara turun temurun. Alan sedikit melongokkan
kepalanya untuk melihat apa yang tengah dibaca oleh Yuna.
“Alan...
tampaknya kita memang harus membongkar seluruhnya.. setelah itu kita harus
mengetes apakah seluruh komponen masih berfungsi”
“Ha? Oh ok!”
Alan terlihat santai saja saat mendengar kata membongkar, selama ia tidak
disuruh memasangnya lagi.
Setelah
seluruh komponen robot itu terpisah, mereka pun mulai melakukan pengecekan
ulang. Hari demi hari mereka terus melakukan pengecekan dan riset bahkan
terkadang Yuna dan Alan harus terpaksa menginap di ruang penelitian. Tanpa
mereka sadari, Professor Eli tengah mengamati mereka.
“Ck,
bocah-bocah tolol...” Gumamnya dan berlalu.
***
H-6
Wajah Yuna
terlihat kusut saat belum menemukan apa penyebab matinya robot tersebut.
Brak! Pintu
terbuka, terlihat Alan membawa beberapa makanan untuknya dan Yuna.
“Hei! Ayo kita
makan!” Serunya. Yuna hanya menoleh sekilas dan melanjutkan kembali membaca
buku mengenai robot.
“Oh ayolah,
kau belum makan dari tadi malam! Komponen-komponen tubuhmu kan juga butuh
nutrisi, biarkan chip-chip di otakmu itu istirahat.. well tampaknya chip
diotakmu minta ditambah karna tidak sanggup menahan beban yang semakin
banyak~~” Goda Alan.
Seketika otak
milik Yuna langsung bekerja, dia meloncat dari kursinya dan mulai memasang
ulang robot yang sudah mereka bongkar itu.
“Hei? Kau kenapa?”
Tanya Alan heran. Yuna berbalik dan memeluk Alan erat, membuat Alan berusaha
keras mengatur debaran jantungnya yang tiba-tiba menggila.
“Kau sangat
pintar tuan muda Alan Nicola Darma!! Kau memang pantas untuk menjadi presdir
Maxus Corp.!!” Seru Yuna bahagia.
“Ha?”
***
“Saya
mengundang kalian semua untuk datang, karena saya sudah menemukan alasan kenapa
Da Vinci Surgery pertama bisa mati..” Yuna tersenyum.
“Bisa di
percepat? Kami ada urusan..” Para Investor terlihat tidak sabar. Yuna masih
mempertahankan senyumnya.
“Baiklah, saya
akan mempercepatnya. Alasan Da Vinci mati adalah chip yang dimiliknya
membutuhkan penambahan secara konstan namun dapat mengurangi beban yang
dimilikinya tanpa merusak system yang udah dimilikinya sejak awal, jadi dengan
rasa hormat saya mempersembahkan Da Vinci Surgery pertama..” Yuna menarik
selubung dan terlihat mesin milik Da Vinci hidup. Semua orang bersorak, Alan
hanya tersenyum tipis. Ayahnya menepuk bahu Alan bangga.
Orang-orang
menyalami Yuna, bahkan ada yang memuji-muji kepintaran yang dimiliki oleh Yuna.
Seseorang menepuk bahu Yuna. Alan, pria yang menepuk bahu Yuna tersenyum manis.
“Selamat nona,
anda berhasil..” Ucap Alan.
“Ah, kau juga
menolongku..” Yuna hanya bisa tersipu malu.
“Whoah! Kau
bisa juga berekspresi begitu!” Alan mencubit pipi Yuna.
“Ehem.. maaf
mengganggu..”
Sebuah suara
menginterupsi gangguan Alan pada Yuna. Mereka menoleh dan terlihat Professor
Eli berdiri di belakang mereka, masih dengan tatapan dinginnya.
“Aku kemari
hanya untuk mengucapkan selamat pada kalian.. Aku permisi..” Professor Eli
berlalu pergi.
“Ck..” Decak
Yuna.
“Sudahlah, oh
iya kau sudah siap dengan Press Conference yang diadakan untukmu? “ Tanya Alan
untuk mengalihkan pembicaraan.
“Ha? Untuk?”
Tanya Yuna bingung.
“Tentu saja
untuk keberhasilanmu dalam menghidupkan robot dan... pertunangan kita..” Alan
mengedipkan matanya iseng.
“APA??”
***
“Kau sudah
siap?” Tanya Alan
“Haah.. ok..”
Yuna menghela napasnya gugup.
“Ok.. ayo!!”
Alan berjalan
cepat sambil menarik tangan Yuna. Pintu terbuka dan berbagai kilatan blitz dari
kamera nyamuk pers menangkap pergerakan mereka.
Headline news
untuk abad ini :
“Gadis berumur
18 tahun berhasil menghidupkan robot fenomenal yang bahkan umurnya melebihi
umur gadis tersebut keberhasilannya mampu mengalahkan persepsi orang bahwa anak
muda tidak bisa apa-apa...”
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar