Rabu, 03 April 2013

Da Vinci’s Trouble


Da Vinci’s Trouble
(Dayang Kintan SMAN 2 Ptk)

Abad ke 27
“Ta..tapi”
Seorang gadis berumur 18 tahun terlihat berusaha masuk kedalam sebuah perusahaan yang cukup besar didepannya. Namun beberapa orang berpakaian putih –mereka adalah ilmuwan- menghadangnya, menutupi satu-satunya jalan untuk masuk.
“Saya mohon, berikan satu kali saja kesempatan. Akan saya buktikan saya bisa membantu...” Pinta si gadis yang bernama Yuna itu.
Namun perkataannya tidak diperdulikan sama sekali, bahkan salah satu dari mereka –beberapa orang itu- menatapnya seakan meremehkan.
“Hei nona kecil, lebih baik kamu belajar yang baik dulu! Lalu jika sudah 10 tahun lebih tua dari sekarang baru akan kami pikirkan lagi!”
Kemudian para ilmuwan itupun masuk kedalam, meninggalkan Yuna yang hanya bisa menunduk pasrah.
***
Seorang pria tengah berbaring santai di taman belakang Perusahaan ayahnya, menikmati angin sore yang menerpa wajahnya dengan lembut. Membuat ia semakin terbuai untuk menutup matanya. Hampir saja ia akan berlayar ke pulau pribadinya sampai terdengar teriakan seorang gadis.
“AAAAAAAAA!!!”
Alan, nama pria itu terlonjak kaget. Ditolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, melacak asal suara teriakan yang baru saja didengarnya.
“Aneh, ini sudah sore.. para pekerja harusnya sudah pulang? Atau memang ada hantu di sini?” Gumamnya pelan sambil tetap mengedarkan pandangannya kesekeliling berharap apa yang didengarnya hanyalah ilusi saja.
“AAAAAAA!! IBUUUUUUU!!”
Kembali suara itu terdengar. Setelah yakin itu adalah suara manusia, Alan pun berjalan mencari asal suara tersebut.
“Aish...” Terdengar erangan pelan dari arah kanan, hingga pria berkulit putih itu pun melangkahkan kakinya kekanan. Kakinya berhenti melangkah saat melihat seorang gadis yang diyakininya berteriak tadi. Ditatapnya gadis yang terus mengacak rambutnya itu tanpa berkedip sama sekali.
‘Cantik...’ Pikirnya.
‘Ah! Apa yang kupikirkan?? Ini bukan urusanku!’ Pikir Alan kembali, lalu memutar tubuhnya berbalik arah. Namun, tubuhnya menolak pikirannya. Kaki yang harusnya melangkah pergi, malah tetap terpaku disana. Mata yang harusnya mengacuhkan, malah terus menatap makhluk ciptaan Tuhan yang terlihat sedih namun disisi lain tetap cantik.
Alan menghela napas, ‘Ok, Alan kau harus kesana.. kau penasaran kan dengan gadis itu?’ Yakinnya dalam hati. Dengan langkah sedikit ragu ia mendekati si gadis yang tenggelam dalam dunianya sendiri.
“Hei!” Sapa Alan yang sukses membuat gadis itu terkejut. Terlihat ketika kepalanya terangkat sekilas menunjukkan ekspresi kaget namun sedetik kemudian berubah menjadi datar.
“Apa? Kamu juga mau bilang gadis sepertiku tidak boleh duduk di taman ini?!” Bentak gadis itu tiba-tiba.
“Ha?” Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir tipis Alan, bingung dengan maksud perkataan sang gadis.
“Aaaaaaa!! Memangnya kenapa kalau aku masi berumur 18 tahun? Kalian bilang aku masih bocah ingusan yang baru hidup? Kalian itu yang terlalu kolot!!”
Serentetan kalimat panjang yang keluar dari mulut sang gadis membuat Alan semakin bingung.
“Tu-tunggu dulu, bisa jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Alan mencoba menenangkan sang gadis dengan mengajaknya bercerita.
“Aku tidak kenal kamu, untuk apa aku harus bercerita denganmu?” Sang gadis menyipitkan matanya membuat Alan meneguk air liurnya susah payah karena tatapan sang gadis yang mengintimidasinya.
“Ok, aku Alan... Alan Nicola Darma..” Alan mengulurkan tangannya.
“Nenekku bilang tidak boleh berbicara dengan orang asing..” Gadis itu hanya menatap tangan Alan dengan tatapan datarnya. Hal itu membuat Alan menjadi salah tingkah. Alan kembali menghela napasnya, mencoba menyabarkan diri.
“Jadi ap...”
“Ya ampun! Medic robo ku!!!!” Kalimat Alan dipotong oleh gadis itu yang malah langsung berlari pergi meninggalkan Alan dalam keadaan hening.
“Hei! Gadis aneh! Kembaliii!!! “ Pekik Alan.
***
“Tuan muda, kita sudah sampai..”
Air car milik Alan berhenti di depan perusahaan ayahnya, Maxus Corp. Air car adalah sebuah mobil yang dikendarai di udara dengan sistem kerja yang sama saat kita mengendarai di jalan. Air car merupakan salah satu produk Maxus Corp. yang dibilang cukup laku untuk perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan robot. Untuk saat ini, Maxus Corp menjadi pengendali utama di pasar persaingan dunia dalam hal robot. Sedikit banyak hal itu membuat Alan, pewaris tunggal perusahaan tersebut merasa terbebani. Di usianya yang masih 19 tahun ia sudah harus mempelajari cara yang tepat dalam mengurus perusahaan yang sudah bergerak selama 8 tahun itu.
Brak!
Baru saja ia melangkah turun dari Air car, terdengar suara bantingan keras. Ia menoleh dan melihat gadis kemarin yang ditemuinya tengah mengambil sebuah benda di tanah yang diyakininya adalah sebuah robot.
“Bukankah kami sudah bilang, tidak membutuhkan bocah ingusan seperti anda?” Beberapa orang ilmuwan perusahaan berdiri menghadang gadis itu.
“Ta-tapi, bukankah kalian tadi melihat kemampuan robot ciptaanku?” Ucap gadis itu membuat Alan tertegun.
‘Jadi, dia pencipta robot? Wow! Bentuknya sempurna! Bahkan, struktur tubuhnya benar benar menyerupai manusia!’ Pikir Alan kagum.
“Walaupun! Kami tidak menerima anda!”
“Kenapa?” Gadis itu masih terlihat tidak terima.
“Anda ingin tahu?” Salah seorang ilmuwan mereka mendekatinya.
“Karena.. anak seumuranmu hanya akan merepotkan kami dengan segala macam kepintaran yang terlalu memuakkan, kami tidak ingin ada bocah yang menyaingi kami..”
Setelah kalimat itu keluar para ilmuwan masuk ke dalam. Sedangkan gadis itu yang kita ketahui namanya Yuna, hanya bisa menatap nanar orang-orang tersebut. Sama seperti Alan yang ikut diam memperhatikan adegan di depannya.
***
“Hei! Kita bertemu lagi!” Sapa Alan kala hari sudah sore. Alan tahu, gadis dihadapannya yang bernama Yuna itu akan kembali duduk di tempat yang sama. Bagaimana ia bisa tahu nama gadis itu? Well, bukan hal yang sulit bagi Alan yang notabene seorang anak pengusaha sukses untuk mencari tahu tentang kehidupan Yuna.
Yuna mengangkat kepalanya, namun kembali menunduk kala melihat Alan menyapanya.
“Apa maumu? Jangan ganggu aku.. “ Ucapnya pelan tanpa ada tenaga.
“Kamu tidak mengenalku?” Tanya Alan heran.
“Apa ada alasan khusus agar aku harus mengenalmu?” Yuna balik bertanya dengan nada sinis. Alan terkekeh kecil. ‘Gadis ini benar-benar menarik..”
“Baiklah.. hmm.. itu robotmu?” Tanya Alan memancing Yuna untuk bicara dengannya.
“Iya, kenapa? Kau ingin bilang robotku jelek?” Tanya Yuna masih dengan nada sinisnya.
“Wowowo.. tenang nona, aku hanya bertanya. Lagipula aku tidak bilang robotmu itu jelek..” Alan memasang wajah polosnya. Membuat Yuna mendengus.
“Lalu? Apa?” Nada suara Yuna mulai melunak meskipun masih ada unsur sinis didalamnya.
“Apa jenis robotmu?” Alan terlihat penasaran dengan bentuk robot milik Yuna yang terlihat seperti seorang dokter yang memakai jas putih.
“Dia, Medic Robo.. yah, seperti yang kau ucapkan dia memang robot jenis medis yang memiliki kemampuan sebagai ahli bedah, menggunakan instrumen mikro yang mengikuti sistem sebuah robot namun aku sempurnakan lagi dengan menggunakan bentuk yang benar benar seperti manusia” Ucap Yuna panjang lebar sambil asyik mengutak-atik robot disampingnya.
Da Vinci Surgical System...” Ucap Alan tanpa sadar. Membuat Yuna terkejut.
“Ba-bagaimana kau tahu?” Tanya Yuna heran, karena Da Vinci Surgical System adalah robot yang berada pada tahun 1999. Robot yang mampu mencengangkan dunia pada zamannya.
“Apa kamu percaya pada sebuah kebetulan?” Tanya Alan tanpa memperdulikan pertanyaan Yuna barusan.
***
“Whoa!! I-ini benar-benar...” Decak kagum terdengar dari mulut Yuna saat beberapa saat yang lalu Alan mengajaknya masuk ke dalam ruang penelitian Maxus Corp.
Flashback
“Apa kamu percaya pada sebuah kebetulan?” Tanya Alan lagi karena tidak mendapatkan respon dari Yuna.
“Ten-tentu saja.. kenapa?”
Alan tersenyum, memamerkan deretan giginya yang putih. Tanpa sadar membuat gadis di hadapannya terhempas kedalam mata onyx miliknya  yang begitu memikat.
“Akhirnya, aku menemukanmu...” Alan menyentuh kedua tangan Yuna lembut dan penuh perasaan.
“Ha?” Yuna terlihat bingung dengan tindakan yang dilakukan oleh Alan.
“Ayo, kita masuk!” Ajak Alan menariknya menuju pintu utama perusahaan Ayahnya.
“Loh? Kita tidak bisa masuk kesana!!” Yuna mencoba menghentikan langkah Alan. Namun Alan hanya membalasnya dengan senyuman misterius.
“Tentu bisa..”
“Kenapa?”
“Karena, kamu sedang bersama pewaris tunggal Maxus Corp.”
Perkataan Alan membuat Yuna tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Flashback end
Yuna masih menatap Alan, saat tiba-tiba Alan berbalik dan menariknya untuk masuk lebih dalam lagi. Terlihat beberapa ilmuwan yang tadi pagi menghina Yuna menatapnya dengan pandangan heran dan tidak suka.
“Kenapa anda bisa disini?” Tanya salah seorang ilmuwan itu dengan sinis.
“Aku yang membawanya Professor Eli..” Alan bersuara.
“Bukankah sudah ada perjanjian, tidak boleh membawa orang asing masuk kedalam ruang penelitian?” Professor Eli menatap Alan dengan pandangan dingin. Nampaknya dia adalah ketua dalam penelitian ini.
“Tapi, dia bukan orang asing karena dia...”
Alan menarik Yuna mendekat dan melingkarkan lengan kirinya di pinggang ramping milik Yuna secara posesif.
“Adalah kekasihku..” Lanjutnya kemudian.
“Apa?” Hampir seluruh orang di ruangan itu terkejut. Termasuk Yuna yang tidak bisa berkata apapun lagi.
“Jadi, apa jawabanmu Professor?” Alan menatap Professor Eli santai. Terlihat Professor Eli tengah menggumamkan sesuatu.
“Baiklah, tapi dengan satu syarat. Aku akan memberi kalian satu bulan jika lebih dari itu kalian tidak bisa menghidupkannya jangan pernah merecoki apa yang kami lakukan di penelitian kami...”
“Ok!”
Profesor Eli dan Alan saling berjabat tangan. Tanpa orang lain sadari, tatapan mata antara kedua orang itu saling berperang.
***
Hari 1
“Ok! Jadi apa yang akan kita kerjakan?” Tanya Alan riang. Yuna hanya menatapnya aneh, kemana wajah serius yang kemarin ditunjukkan oleh Alan?
“Tunggu dulu, kau tidak menjelaskan padaku apa maksud dengan ‘menghidupkannya’?? “ tanya Yuna yang hanya di balas dengan senyuman tipis dari Alan.
“Kamu tidak tahu? Yang dimaksud dengan ‘menghidupkannya’ adalah...” Alan berjalan menuju sebuah benda yang diselubungi oleh kain hitam. Ia menarik kain itu dan terlihat sebuah mesin yang terlihat sudah lama namun tetap mempertahankan kekokohan yang dimiliki oleh robot yang sudah berhasil mengoperasi banyak manusia dengan sukses.
“I-ini...”
“Say hello with Da Vinci Surgical System generasi pertama...” Ucap Alan pelan. Yuna berjalan perlahan mendekati robot yang tidak hidup itu. Ia terlihat benar-benar takjub.
“Aku, benar-benar tidak percaya..”
“Well, nona ilmuwan tampaknya kau harus menyadarkan dirimu dari kekaguman karena waktu kita tidak banyak!” Alan menyadarkan Yuna.
“Ok, bagaimana dia bisa rusak?” Tanya Yuna serius. Alan hanya mengangkat kedua bahunya, tidak tahu.
“Entahlah, saat itu robot ini tengah kami pamerkan di depan investor yang ingin melihatnya, tapi baru saja hendak melakukan demo cara kerjanya tiba-tiba robot ini mati, kami pikir lengan mekaniknya mengalami kerusakan namun tidak ada tanda kerusakan di situ.” Jelas Alan sambil mengelus pengendali utama Da Vinci.
Yuna mengelus dagunya, tampak berpikir sejenak.
“Tampaknya kita harus membongkar tangannya..”
“Ok!” Seru Alan semangat.
Mereka pun membongkar lengan mekanik pada robot tua itu. Namun hasil yang Yuna harapkan ternyata tidak ada. Yuna berdecak keras, lalu mengambil buku tentang robot yang diberikan oleh keluarganya secara turun temurun. Alan sedikit melongokkan kepalanya untuk melihat apa yang tengah dibaca oleh Yuna.
“Alan... tampaknya kita memang harus membongkar seluruhnya.. setelah itu kita harus mengetes apakah seluruh komponen masih berfungsi”
“Ha? Oh ok!” Alan terlihat santai saja saat mendengar kata membongkar, selama ia tidak disuruh memasangnya lagi.
Setelah seluruh komponen robot itu terpisah, mereka pun mulai melakukan pengecekan ulang. Hari demi hari mereka terus melakukan pengecekan dan riset bahkan terkadang Yuna dan Alan harus terpaksa menginap di ruang penelitian. Tanpa mereka sadari, Professor Eli tengah mengamati mereka.
“Ck, bocah-bocah tolol...” Gumamnya dan berlalu.
***
H-6
Wajah Yuna terlihat kusut saat belum menemukan apa penyebab matinya robot tersebut.
Brak! Pintu terbuka, terlihat Alan membawa beberapa makanan untuknya dan Yuna.
“Hei! Ayo kita makan!” Serunya. Yuna hanya menoleh sekilas dan melanjutkan kembali membaca buku mengenai robot.
“Oh ayolah, kau belum makan dari tadi malam! Komponen-komponen tubuhmu kan juga butuh nutrisi, biarkan chip-chip di otakmu itu istirahat.. well tampaknya chip diotakmu minta ditambah karna tidak sanggup menahan beban yang semakin banyak~~” Goda Alan.
Seketika otak milik Yuna langsung bekerja, dia meloncat dari kursinya dan mulai memasang ulang robot yang sudah mereka bongkar itu.
“Hei? Kau kenapa?” Tanya Alan heran. Yuna berbalik dan memeluk Alan erat, membuat Alan berusaha keras mengatur debaran jantungnya yang tiba-tiba menggila.
“Kau sangat pintar tuan muda Alan Nicola Darma!! Kau memang pantas untuk menjadi presdir Maxus Corp.!!” Seru Yuna bahagia.
“Ha?”
***
“Saya mengundang kalian semua untuk datang, karena saya sudah menemukan alasan kenapa Da Vinci Surgery pertama bisa mati..” Yuna tersenyum.
“Bisa di percepat? Kami ada urusan..” Para Investor terlihat tidak sabar. Yuna masih mempertahankan senyumnya.
“Baiklah, saya akan mempercepatnya. Alasan Da Vinci mati adalah chip yang dimiliknya membutuhkan penambahan secara konstan namun dapat mengurangi beban yang dimilikinya tanpa merusak system yang udah dimilikinya sejak awal, jadi dengan rasa hormat saya mempersembahkan Da Vinci Surgery pertama..” Yuna menarik selubung dan terlihat mesin milik Da Vinci hidup. Semua orang bersorak, Alan hanya tersenyum tipis. Ayahnya menepuk bahu Alan bangga.
Orang-orang menyalami Yuna, bahkan ada yang memuji-muji kepintaran yang dimiliki oleh Yuna. Seseorang menepuk bahu Yuna. Alan, pria yang menepuk bahu Yuna tersenyum manis.
“Selamat nona, anda berhasil..” Ucap Alan.
“Ah, kau juga menolongku..” Yuna hanya bisa tersipu malu.
“Whoah! Kau bisa juga berekspresi begitu!” Alan mencubit pipi Yuna.
“Ehem.. maaf mengganggu..”
Sebuah suara menginterupsi gangguan Alan pada Yuna. Mereka menoleh dan terlihat Professor Eli berdiri di belakang mereka, masih dengan tatapan dinginnya.
“Aku kemari hanya untuk mengucapkan selamat pada kalian.. Aku permisi..” Professor Eli berlalu pergi.
“Ck..” Decak Yuna.
“Sudahlah, oh iya kau sudah siap dengan Press Conference yang diadakan untukmu? “ Tanya Alan untuk mengalihkan pembicaraan.
“Ha? Untuk?” Tanya Yuna bingung.
“Tentu saja untuk keberhasilanmu dalam menghidupkan robot dan... pertunangan kita..” Alan mengedipkan matanya iseng.
“APA??”
***
“Kau sudah siap?” Tanya Alan
“Haah.. ok..” Yuna menghela napasnya gugup.
“Ok.. ayo!!”
Alan berjalan cepat sambil menarik tangan Yuna. Pintu terbuka dan berbagai kilatan blitz dari kamera nyamuk pers menangkap pergerakan mereka.
Headline news untuk abad ini :
“Gadis berumur 18 tahun berhasil menghidupkan robot fenomenal yang bahkan umurnya melebihi umur gadis tersebut keberhasilannya mampu mengalahkan persepsi orang bahwa anak muda tidak bisa apa-apa...”


The End


Tidak ada komentar:

Posting Komentar