Rabu, 03 April 2013

SAHABAT KECIL PEMBAWA PRESTASI


SAHABAT KECIL PEMBAWA PRESTASI
Oleh: Ira Tri Wahyuningsih, MAN 1 Ptk

Terlihat sebuah mendali emas yang berkilau dan tergantung manis di sebuah lemari kaca. Terlihat juga sebuah piala yang tegak berdiri menghiasi lemari kaca yang penuh dengan debu itu. Tertulis sepenggal kalimat yaitu “Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Biology Back To Nature.” Tersenyum seorang gadis yang merasa bahagia mengingat masa-masa lalunya dimana dia mendapatkan prestasi pertama baginya.
Gadis itu bernama Tri yang sekarang berhasil menjadi mahasiswa di Universitas Tanjungpura (UNTAN). Sesuai dengan namanya, Tri adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Saudara-saudaranya begitu pintar dan berhasil mewujudkan cita-citanya. Hanya saja kini Tri belum dapat mewujudkan itu karena dia harus menyelesaikan sekolahnya di UNTAN. Tri tak begitu pintar, semangatnya tak begitu hebat, hanya saja kemauan yang dimilikinya begitu besar sehingga dapat membuatnya menjadi salah satu siswi yang berprestasi.
***
3 Tahun yang lalu
Tri duduk di kelas XA di salah satu sekolah berwawasan Agama yaitu Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Pontianak. Dia orang yang begitu pendiam, tak pandai bergaul maupun bertukar pikiran dengan yang lainnya. Tri memang tak seperti teman-teman yang lainnya, mungkin karena dia siswa baru dan masih duduk di kelas sepuluh sehingga Tri belum terlalu mengenal situasi sekolahnya.
Tapi dibalik sifatnya yang pendiam itu, Tri memiliki begitu banyak potensi dan bakat terpendamnya yang begitu besar. Sayangnya Tri tak dapat menyalurkan bakat dan potensinya itu karena Tri tak tahu dengan apa bakat dan potensi yang dimilikinya dapat tersalurkan.
Suatu hari di Universitas Tanjungpura (UNTAN) mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang bertemakan Biology Back To Nature. Guru biologi di tempat Tri mencari beberapa anggota kelompok dan tiba-tiba menunjuk Tri untuk ikut serta.
“Ningsih, sepulang sekolah kamu ke kantor ibu ya.” Ucap sang guru biologi sambil menatap wajah Tri.
“Iya bu, insyaallah bisa. Tapi ada apa ya bu?” Tanya Tri heran.
“Nanti saja ibu jelaskan di kantor.” Ucap guru itu.
Teet .. Teet .. Teet.
Bel pulang pun berbunyi, selepas pulang sekolah Tri bergegas menuju sebuah kantor yang tak begitu besar dan menyapa salah satu guru yang sedang duduk rapi yang telah lama menunggu kedatangannya.
“Assalamualaikum, bu ada apa ya tadi memanggil saya?” Ucap Tri dengan malu.
“Waalaikumsalam, iya. Kamu, Tri yang tadi istirahat ibu panggil untuk menemui Ibukan?” Tanya ibu guru itu ke Tri.
“Iya, saya Tri dari kelas XA bu. Ada apa ya bu?” Tanya Tri heran.
“Begini, UNTAN sedang mengadakan lomba LKTI yang bertemakan Biology Back To Nature. Di MAN 1 ini ibu sudah memutuskan untuk mengirim satu kelompok saja. Kebetulan kelompok ini kurang satu anggota. Nah, kamu mau ikut?” Tanya Ibu guru itu yang sedang menawarkan kesempatan emas ini kepada Tri. Tri hanya terdiam dan terheran apakah dia harus menerima atau tidak.  
“Tapi ini merupakan kesempatan bagiku, mungkin dengan ini aku dapat mengembangkan bakat dan potensi yang aku miliki. Semoga dengan ini aku dapat mempunyai salah satu prestasi yang tak pernah kumiliki,” ucap Tri di dalam hati kecilnya.  
“Boleh bu, insyaallah saya sanggup untuk mencobanya.” Jawab Tri dengan gugup.
“Oke, kalau begitu besok kamu temui ibu di perpustakaan dan kita akan bicarakan ini semua dengan teman-teman anggota kelompokmu,” sahut guru biologi itu.
Sepejalanan pulang sekolah, entah mengapa Tri merasa cemas dan takut akan keputusannya tadi.
“Apakah aku bisa mengikuti lomba ini? Apakah aku bisa menang dan dapat membanggakan sekolahku?” tanyanya di dalam hati. Ini lomba pertama bagi Tri, sehingga membuatnya gugup untuk datang besok.
Dia memang senang menulis, apalagi membuat suatu karya, itu adalah hal sangat dia sukai. Tapi Tri merasa malu apabila harus berkumpul dengan teman-teman yang lainnya, mungkin karena dia belum kenal satu sama lain. Tri juga bukan salah satu siswi yang terkenal disekolahnya, dia heran mengapa guru itu bisa tahu dengan bakatnya dan mengapa dia menunjukku untuk ikut lomba itu bukan siswi lainnya.
Keesokan harinya, hari yang begitu cerah untuk mengarungi hari untuk memulai pelajaran baru dan mendapat hasil baru. Awal mulai pelajaran tiba-tiba datang seseorang memanggil Tri dan meminta izin kepada guru yang sedang mengajar untuk mengizinkan Tri untuk segera ke perpustakaan. Tri pun mengikuti seorang cowok yang kelihatan tak asing baginya. Dengan semangatnya Tri menuju ke perpustakaan ditemani oleh lelaki yang mungkin dia salah satu anggota kelompoknya.
“Hai, Tri saya Ridho teman sekelompokmu.” Sapa Ridho yang ternyata dia salah satu anggota lomba yang diikuti Tri.
“Hai, saya Tri. Jadi kita satu kelompok? Kok kamu bisa mengenalku?” Tanya Tri kepada Ridho teman barunya dengan malu-malu dia mengucapkan itu.
“Iya, kita satu kelompok. Aku kenal kamu dari guru biologi. Oh ya kamu kelas sepuluh apa?” Jawab dan tanya Ridho riang.
“Aku kelas XA, kalau kamu pasti kelas sebelas ya?” Tanya Tri kepada Ridho yang mengira Ridho itu abang kelasnya.
“Bukan, aku sama sepertimu, aku kelas XC. Kenapa kamu mengira aku abang kelasmu? Apa aku seperti sudah tua ya?” Tanya Ridho menggelitik.
“Ha..Ha..Ha.. Tidak, hanya saja dari penampilanmu seperti abang kelas. Kamu tidak tua kok, kalau sudah tua pasti sudah menikah. Ha..Ha..” Ucap Tri dengan tertawa kegirangan.
“Sudahlah, kamu ini bisa saja. Oh ya, apa sebelumnya kamu sudah pernah mengikuti lomba?” Tanya Ridho penasaran.
“Tidak, ini lomba pertamaku, aku tak pernah mengikuti lomba sebelumnya. Ikut lomba ini saja aku sudah cemas.” Jawab Tri dengan rasa malu.
“Oh, kamu coba aja jangan cemas. Ini kesempatanmu, dibalik usaha pasti ada kesuksesan dan jangan lupa berdoa.” Sahut Ridho sambil menyemangati Tri agar tidak mudah putus asa dan selalu berdoa.
“Ok, akan aku coba. Aku takakan putus asa, aku akan selalu berjuang. Terima kasih semangatnya.” Ucap Tri yang merasa tersemangati.
“Sama-sama, begitu dong jangan mudah putus asa dan ingat dibalik usaha pasti ada kesuksesan.” Sahut Ridho.
Terlintas di hati Tri, bagi Tri mungkin Ridho adalah teman lelaki pertama yang pernah dikenalnya selama berada di sekolah ini.
“Entah mengapa saat pertama aku melihat, berbicara dan tertawa dengan Ridho, hatiku terasa berbeda, aku merasa Ridho adalah teman lamaku dan aku merasa tak asing lagi dengannya.” Ucap Tri di dalam hati. Tri merasa senang dengan Ridho, padahal mereka baru saja bertemu.
Tri tak tahu apa alasannya, Tri berusaha menemukan jawabannya suatu saat nanti. Semenjak itu, mereka menjadi akrab dan saling menyemangati.
Tak lama kemudian, sampai lah mereka di perpustakaan dan mereka menyiapkan segala yang diperlukan untuk persiapan lomba tersebut. Mereka saling berkerja sama, bertukar pikiran dan saling membantu. Ridho mengajarkan kepada Tri, bagaimana caranya membawakan presentasi yang akan mereka bawakan di perlombaan nanti, agar saat perlombaan mereka dapat mempresentasikan semuanya dengan lancar. Dengan kompak dan lantang, mereka berdua mencoba mempresentasikan presentasinya di ruang perpustakaan. Entah mengapa karena adanya Ridho, Tri menjadi orang yang tak pemalu lagi. Mungkin karena semangat yang telah diberikan oleh Ridho.
Tet.. Tet.. Tet..
Tak terasa bel pulang pun berbunyi, tanda semua pelajaran telah usai. Tri dan Ridho bergegas menyiapkan barang-barang bawaannya. Mereka akan segera pulang dan melanjutkan ini semua besok.
“Ridho, aku pulang duluan ya, soalnya mamaku sudah jemput.” Ucap Tri dengan malu.
“Iya silahkan, eh tapi tunggu dulu. Aku boleh minta nomor Hpmu?” Sahut Ridho dengan rendah hati.
Tri pun segera mengeluarkan selembar kertas dan menuliskan nomor HP nya. Dengan malu dia memberikan selembar kertas itu kepada Ridho.
“Terima kasih, nanti sore aku sms kamu ya. Kita bicarakan tentang lomba LKTI nanti.” Ucap Ridho
“Iya, aku tunggu ya. Kalau begitu aku pulang dulu, maaf merepotkan”. Sahut Tri meminta maaf.
“Tidak apa-apa, hati-hati di jalan ya.” Jawab Ridho
“Terima kasih.” Ucap Tri yang bergegas meninggalkan Ridho.
Sesampainya di rumah, Tri masih mengingat semua kata-kata yang diucapkan Ridho. Dia masih penasaran siapa sebenarnya Ridho, apakah mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Ucapan dan wajah Ridho mengingatkan Tri kepada teman lamanya. Tapi apa benar itu dia, Tri begitu penasaran dan besok dia akan mencari tahu jawaban dari rasa penasarannya ini.
“Dari mana dan dengan siapa aku bisa menjawab ini?” Ucap hati kecil Tri.
Dia binggung bagaimana dia tahu siapa Ridho sebenarnya, dan informasi dari mana yang nanti dia dapat.
Malam pun tiba, semua aktivitas ditutupi dengan istirahat panjang. Mata Tri mengantuk dan segera igin tidur, Tri menyiapkan perlengkapan tidurnya dan selalu menggunaka guling kesayangannya. Tiba-tiba saat Tri ingin tidur, dia teringat salah satu sahabat kecilnya sewaktu duduk Sekolah Dasar (SD). Sahabatnya yang paling baik dan dapat mengerti keadaannya, sahabat yang selalu menyemangatinya setiap saat. Tapi anehnya Tri lupa nama sahabatnya, mungkin karena sudah lama mereka tak saling bertemu, hingga namanya saja Tri tidak ingat. Tri tidak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan semua masalah ini. Hingga akhirnya jam dinding menunjukan pukul 02:30 WIB. Tri pun dapat tertidur pulas untuk melanjutkan tugas-tugasnya untuk besok.
Tak terasa jam dinding mnunjukan pukul 06:20 WIB, Tri terlambat berangkan sekolah. Tri terkejut dan segera menyiapkan semuanya dengan terburu-buru. Mungkin karena tidur Tri yang tak pulas tadi malam.
Sesampai di sekolah Tri terlambat dan dihukum untuk tidak mengikuti 2 jam pelajaran. Hingga akhirnya Ridho datang dan mulai bertanya-tanya.
“Tri, kamu kenapa terlambat. Kamu sudah ditunggu di perpustakaan untuk megisi formulir.” Tanya Ridho kepada Tri yang kelihatan tergesa-gesa karena terlambat dan dihukum.
“Iya, nanti kalau hukuman saya sudah selesai, saya pasti langsung ke perpustakaan”.
Ridho bergegas mninggalkan Tri dan segera ke ruang perpustakaan, Ridho selalu menunggu Tri untuk memulai smuanya. Dengan sabar Ridho menunggu dan akhirnya Tri datang.
“Assalamualaikum, maaf bu saya terlambat,” Ucap Tri dengan gugup.
“Waalaikumsalam, tidak apa-apa. Segera isi formulirmu dan setelah itu kumpulkan ke ibu,” Sahut guru biologi itu.
Guru biologi itu membagikan formulir ke seluruh anggota yang mengikuti loma tersebut. Tak disengaja Tri membaca formulir Ridho dan terkejut. Ternyata Ridho berasal dari SDN 18, tempat di mana Tri sekolah dulu. Tri langsung teringat dan mengetahui bahwa ternyata Ridho adalah sahabatnya semasa kecil. Tapi Tri belum yakin dengan semua ini, Tri ingin membuktikan semuanya.
“Ridho, kamu dulu sekolah di SDN 18 ya?” Tanya Tri ke pada Ridho secara pelan-pelan.
“Iya, memangnya kenapa ya?” Jawab Ridho yang merasa heran dengan sikap Tri kepadanya.
“Apa kamu kenal aku?” Tanya lagi Tri yang mulai percaya semua ini.
“Emmm, sebenarnya aku sudah mengenalmu saat kita bicara di perpustakaan.” Jawab Ridho.
“Tapi mengapa kamu tidak bilang sebelumnya kalau kita sudah pernah ketemu? Apa kamu sahabatku semasa kecil?” Tanya lagi Tri yang semakin penasaran.
“Aku tahu kalau ini kamu, Tri yang dulu pernah menjadi sahabatku. Tapi aku menunggu hingga kamu sadar akan semua ini. Apakah kamu mengenalku? Ternyata hingga saat ini kau kenal aku kan?” Sahut Ridho
“Iya, aku mengenalmu karena kata-kata bijakmu itu, Dibalik usaha pasti ada kesuksesan. Dan semua perkataanmu yang menyemangatiku itu membuat aku sadar, ternyata kamu sahabatku yang telah lama hilang.” Ucap Tri sedih dan bercampur senang karena telah menemukan sahabat lamanya.
“Aku senang jika kamu telah sadar, bisakah sekarang kita menjadi sahabat seperti dahulu?” Tanya Ridho dengan penuh semangat.
“Ok, aku terima itu. Mulai sekarang dan selamanya kita akan menjadi sahabat seperti dulu disaat suka dan duka. Ajak Tri untuk kembali bersama.
“Ok, sekarang kita fokus dulu ke lomba ini. Kita harus memenangkan lomba ini agar kita bisa mendapatkan prestasi.” Ucap Ridho serius.
Mereka kembali membicarakan persoalan presentasi lomba nanti, dengan sungguh-sungguh mereka mempresentasika semuanya. Mereka merasa bahagia karena telah bertemu kembali dan saling tak percaya. Hingga akhirnya mereka pun siap untuk mengikuti lomba besok, mereka selalu berdoa agar dapat meraih salah satu piala yang ada di atas panggung besok.
Sesampai di rumah, Tri masih merasa bahagia dan menunggu sms dari Ridho. Karena Tri sangat rindu akan sahabat lamanya itu, hingga saat ini dia merasa bahagia. Tiba-tiba HP Tri berbunyi dan Tri berharap itu pesan dari Ridho. Ternyata dugaannya benar, tak lama Ridho mengirim pesan melalui HP.
“Hay, Tri apa kabar? Apa kamu siap untuk perlombaan besok?” Tanya Ridho melalui pesan.
“Aku baik-baik saja. Siap dong, karena kerja keras kita, aku menjadi semakin bersemangat untuk lomba besok.” Jawab Tri membalas pesan Ridho
“Baguslah kalau begitu, siapkan mental dan batinmu, agar besok kita dapat mempresentasikan semuanya dengan sempurna.” Ucap Ridho
“Iya, selagi kita masih muda, maka raih dan gapailah prestasimu sebanyak mungkin, sebisa mungkin, semampu mungkin hingga tua kelak.” Balas Tri yang begitu bersemangat.
Esok haripun tiba, perlombaan segera dimulai. Kelompok Tri mendapatkan nomor urut 4. Sehingga mereka dapat latihan terlebih dahulu sebelum maju ke panggung. Peserta 3 telah selesai saatnya kelompok 4 maju dan mempresentasikan semua nya. Tri maju dengan gugup, tapi dengan dukungan para guru dan teman-temannya Tri kembali bersemangat dan memulai presentasinya. Dengan lancar mereka mempresentasikan yang telah dia siapkan selama beberapa hari lalu.
Saat-saat yang ditunggu pun tiba, pengumuman hasil pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Biology Back To Nature segera diumumkan. Mulai dari Juara 1 yang diraih oleh kelompok dari SMAN 2 Pontianak. Tri merasa kecewa karena tak dapat menjadi juara utama, tapi masih ada dua prestasi lagi. Tri berharap bisa mendapatkan salah satu prestasi itu. Juara ke 2 yang diraih oleh SMAN 4 Pontianak. Tri semakin kecewa dan putus asa atas semua perjuangannya selama ini, tapi Ridho selalu menyemangatinya dibalik usaha pasti ada kesuksesan. Hingga akhirnya juara terakhir diumumkan dan Juara ke 3 jatuh kepada kelompok dari MAN 1 Pontianak.
Tri dan Ridho begitu senang hingga melompat kegirangan, semua ini berkat Ridho yang telah memberi kesempatan untuk Tri.
“Ini adalah prestasi pertamaku, aku tak akan pernah melupakan ini karena prestasi ini, aku juga dapat menemukan sahabat lamaku dan sekarang kembali.” Ucap Tri didalam hati yang sedang merasa bahagia.

Maka dari itu, selagi kita masih muda maka raih dan gapailah prestasimu sebanyak mungkin, sebisa mungkin, semampu mungkin hingga tua kelak.
SEMANGAT!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar