SAHABAT KECIL PEMBAWA PRESTASI
Oleh: Ira Tri Wahyuningsih, MAN 1 Ptk
Terlihat sebuah mendali emas yang
berkilau dan tergantung manis di sebuah lemari kaca. Terlihat juga sebuah piala
yang tegak berdiri menghiasi lemari kaca yang penuh dengan debu itu. Tertulis
sepenggal kalimat yaitu “Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Biology Back To Nature.” Tersenyum seorang gadis yang
merasa bahagia mengingat masa-masa lalunya dimana dia mendapatkan prestasi
pertama baginya.
***
3 Tahun yang lalu
Tri duduk di kelas XA di salah satu sekolah berwawasan
Agama yaitu Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Pontianak. Dia orang
yang begitu pendiam, tak pandai bergaul maupun bertukar pikiran dengan yang
lainnya. Tri memang tak seperti teman-teman yang lainnya, mungkin karena dia siswa baru dan masih duduk di kelas
sepuluh sehingga Tri belum terlalu mengenal situasi sekolahnya.
Tapi dibalik sifatnya yang pendiam
itu, Tri memiliki begitu banyak potensi dan bakat terpendamnya yang begitu
besar. Sayangnya Tri tak dapat menyalurkan bakat dan potensinya itu karena Tri tak tahu dengan apa bakat dan potensi
yang dimilikinya dapat tersalurkan.
Suatu hari di Universitas
Tanjungpura (UNTAN) mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang bertemakan Biology Back To Nature. Guru biologi di
tempat Tri mencari beberapa anggota kelompok dan tiba-tiba menunjuk Tri untuk
ikut serta.
“Ningsih, sepulang sekolah kamu ke kantor ibu ya.” Ucap sang guru
biologi sambil menatap wajah Tri.
“Iya bu, insyaallah bisa. Tapi ada apa
ya bu?” Tanya Tri heran.
“Nanti saja ibu jelaskan di kantor.” Ucap guru itu.
Teet .. Teet .. Teet.
Bel pulang pun berbunyi, selepas
pulang sekolah Tri bergegas menuju sebuah kantor yang tak begitu besar dan
menyapa salah satu guru yang sedang duduk rapi yang telah lama menunggu
kedatangannya.
“Assalamualaikum, bu ada apa ya tadi memanggil saya?”
Ucap Tri dengan malu.
“Waalaikumsalam, iya. Kamu, Tri yang tadi istirahat ibu panggil untuk menemui Ibukan?”
Tanya ibu guru itu ke Tri.
“Iya, saya Tri dari kelas XA bu. Ada apa ya bu?” Tanya Tri
heran.
“Begini, UNTAN sedang mengadakan lomba
LKTI yang bertemakan Biology Back To
Nature. Di MAN 1 ini ibu sudah memutuskan untuk mengirim satu kelompok
saja. Kebetulan kelompok ini kurang satu anggota. Nah, kamu mau ikut?” Tanya
Ibu guru itu yang sedang menawarkan kesempatan emas ini kepada Tri. Tri hanya terdiam dan terheran
apakah dia harus menerima atau tidak.
“Tapi ini merupakan kesempatan
bagiku, mungkin dengan ini aku dapat mengembangkan bakat dan potensi yang aku
miliki. Semoga dengan ini aku dapat mempunyai salah satu prestasi yang tak pernah kumiliki,” ucap Tri di dalam hati kecilnya.
“Boleh bu, insyaallah saya sanggup
untuk mencobanya.” Jawab Tri dengan gugup.
“Oke, kalau begitu besok kamu
temui ibu di perpustakaan dan kita akan
bicarakan ini semua dengan teman-teman anggota kelompokmu,” sahut guru biologi itu.
Sepejalanan pulang sekolah, entah
mengapa Tri merasa cemas dan takut akan keputusannya tadi.
“Apakah aku bisa mengikuti lomba
ini? Apakah aku bisa menang dan dapat membanggakan sekolahku?” tanyanya di
dalam hati. Ini lomba pertama bagi Tri, sehingga membuatnya gugup untuk datang
besok.
Dia memang senang menulis, apalagi
membuat suatu karya, itu adalah hal sangat dia sukai. Tapi Tri merasa malu
apabila harus berkumpul dengan teman-teman yang lainnya, mungkin karena dia belum
kenal satu sama lain. Tri juga bukan salah satu siswi yang terkenal disekolahnya,
dia heran mengapa guru itu bisa tahu dengan bakatnya dan mengapa dia menunjukku
untuk ikut lomba itu bukan siswi lainnya.
Keesokan harinya, hari yang begitu
cerah untuk mengarungi hari untuk memulai pelajaran baru dan mendapat hasil
baru. Awal mulai pelajaran tiba-tiba datang seseorang memanggil Tri dan meminta
izin kepada guru yang sedang mengajar untuk mengizinkan Tri untuk segera ke
perpustakaan. Tri pun mengikuti seorang cowok yang kelihatan tak asing baginya.
Dengan semangatnya Tri menuju ke perpustakaan ditemani oleh lelaki
yang mungkin dia salah satu anggota kelompoknya.
“Hai, Tri saya Ridho teman
sekelompokmu.” Sapa Ridho yang ternyata dia
salah satu anggota lomba yang diikuti Tri.
“Hai, saya Tri. Jadi kita satu
kelompok? Kok kamu bisa mengenalku?” Tanya Tri kepada Ridho teman barunya
dengan malu-malu dia mengucapkan itu.
“Iya, kita satu kelompok. Aku
kenal kamu dari guru biologi. Oh ya kamu kelas sepuluh apa?” Jawab dan tanya
Ridho riang.
“Aku kelas XA, kalau kamu pasti kelas sebelas
ya?” Tanya Tri kepada Ridho yang mengira Ridho itu abang kelasnya.
“Bukan, aku sama sepertimu, aku
kelas XC. Kenapa kamu mengira aku abang kelasmu?
Apa aku seperti sudah tua ya?” Tanya Ridho menggelitik.
“Ha..Ha..Ha.. Tidak, hanya saja
dari penampilanmu seperti abang kelas. Kamu tidak tua kok, kalau sudah tua
pasti sudah menikah. Ha..Ha..” Ucap Tri dengan tertawa kegirangan.
“Sudahlah, kamu ini bisa saja. Oh
ya, apa sebelumnya kamu sudah pernah mengikuti lomba?” Tanya Ridho penasaran.
“Tidak, ini lomba pertamaku, aku
tak pernah mengikuti lomba sebelumnya. Ikut lomba ini saja aku sudah cemas.”
Jawab Tri dengan rasa malu.
“Oh, kamu coba aja jangan cemas.
Ini kesempatanmu, dibalik usaha pasti ada kesuksesan dan jangan lupa berdoa.” Sahut Ridho sambil menyemangati
Tri agar tidak mudah putus asa dan selalu berdoa.
“Ok, akan aku coba. Aku takakan
putus asa, aku akan selalu berjuang. Terima kasih semangatnya.” Ucap Tri yang merasa
tersemangati.
“Sama-sama, begitu dong jangan
mudah putus asa dan ingat dibalik usaha pasti ada kesuksesan.” Sahut Ridho.
Terlintas di hati Tri, bagi Tri
mungkin Ridho adalah teman lelaki pertama yang pernah dikenalnya selama berada
di sekolah ini.
“Entah mengapa saat pertama aku
melihat, berbicara dan tertawa dengan Ridho, hatiku terasa berbeda, aku merasa
Ridho adalah teman lamaku dan aku merasa tak asing lagi dengannya.” Ucap Tri di dalam hati. Tri
merasa senang dengan Ridho, padahal mereka baru saja bertemu.
Tri tak tahu apa alasannya, Tri berusaha
menemukan jawabannya suatu saat nanti. Semenjak itu, mereka menjadi akrab dan
saling menyemangati.
Tak lama kemudian, sampai lah
mereka di perpustakaan dan mereka menyiapkan segala yang diperlukan untuk
persiapan lomba tersebut. Mereka saling berkerja sama, bertukar pikiran dan
saling membantu. Ridho mengajarkan kepada Tri, bagaimana caranya membawakan
presentasi yang akan mereka bawakan di perlombaan nanti, agar saat perlombaan
mereka dapat mempresentasikan semuanya dengan lancar. Dengan kompak dan
lantang, mereka berdua mencoba mempresentasikan presentasinya di ruang
perpustakaan. Entah mengapa karena adanya Ridho, Tri menjadi orang
yang tak pemalu lagi. Mungkin karena semangat yang telah diberikan oleh Ridho.
Tet.. Tet.. Tet..
Tak terasa bel pulang pun
berbunyi, tanda semua pelajaran telah usai. Tri dan Ridho bergegas menyiapkan
barang-barang bawaannya. Mereka akan segera pulang dan melanjutkan ini semua
besok.
“Ridho, aku pulang duluan ya,
soalnya mamaku sudah jemput.” Ucap Tri dengan malu.
“Iya silahkan, eh tapi tunggu
dulu. Aku boleh minta nomor Hpmu?” Sahut Ridho dengan rendah hati.
Tri pun segera mengeluarkan
selembar kertas dan menuliskan nomor HP nya. Dengan malu dia memberikan
selembar kertas itu kepada Ridho.
“Terima kasih, nanti sore aku sms
kamu ya. Kita bicarakan tentang lomba LKTI nanti.” Ucap Ridho
“Iya, aku tunggu ya. Kalau begitu
aku pulang dulu, maaf merepotkan”. Sahut Tri meminta maaf.
“Tidak apa-apa, hati-hati di jalan ya.” Jawab Ridho
“Terima kasih.” Ucap Tri yang bergegas
meninggalkan Ridho.
Sesampainya di rumah, Tri masih
mengingat semua kata-kata yang diucapkan Ridho. Dia masih penasaran siapa
sebenarnya Ridho, apakah mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Ucapan dan
wajah Ridho mengingatkan Tri kepada teman lamanya. Tapi apa benar itu dia, Tri
begitu penasaran dan besok dia akan mencari tahu jawaban dari rasa penasarannya
ini.
“Dari mana dan dengan siapa aku
bisa menjawab ini?” Ucap hati kecil Tri.
Dia binggung bagaimana dia tahu
siapa Ridho sebenarnya, dan informasi dari mana yang nanti dia dapat.
Malam pun tiba, semua aktivitas
ditutupi dengan istirahat panjang. Mata Tri mengantuk dan segera igin tidur,
Tri menyiapkan perlengkapan tidurnya dan selalu menggunaka guling
kesayangannya. Tiba-tiba saat Tri ingin tidur, dia teringat salah satu sahabat
kecilnya sewaktu duduk Sekolah Dasar (SD). Sahabatnya yang paling baik dan
dapat mengerti keadaannya, sahabat yang selalu menyemangatinya setiap saat.
Tapi anehnya Tri lupa nama sahabatnya, mungkin karena sudah lama mereka tak
saling bertemu, hingga namanya saja Tri tidak ingat. Tri tidak bisa tidur
dengan tenang karena memikirkan semua masalah ini. Hingga akhirnya jam dinding
menunjukan pukul 02:30 WIB. Tri pun dapat tertidur pulas untuk melanjutkan
tugas-tugasnya untuk besok.
Tak terasa jam dinding mnunjukan
pukul 06:20 WIB, Tri terlambat berangkan sekolah. Tri terkejut dan segera
menyiapkan semuanya dengan terburu-buru. Mungkin karena tidur Tri yang tak pulas
tadi malam.
Sesampai di sekolah Tri terlambat
dan dihukum untuk tidak mengikuti 2 jam pelajaran. Hingga akhirnya Ridho datang
dan mulai bertanya-tanya.
“Tri, kamu kenapa terlambat. Kamu
sudah ditunggu di perpustakaan untuk megisi formulir.” Tanya Ridho kepada Tri yang
kelihatan tergesa-gesa karena terlambat dan dihukum.
“Iya, nanti kalau hukuman saya
sudah selesai, saya pasti langsung ke perpustakaan”.
Ridho bergegas mninggalkan Tri dan
segera ke ruang perpustakaan, Ridho selalu menunggu Tri untuk memulai smuanya. Dengan sabar Ridho
menunggu dan akhirnya Tri datang.
“Assalamualaikum, maaf bu saya
terlambat,” Ucap Tri dengan gugup.
“Waalaikumsalam, tidak apa-apa.
Segera isi formulirmu dan setelah itu kumpulkan ke ibu,” Sahut guru biologi itu.
Guru biologi itu membagikan
formulir ke seluruh anggota yang mengikuti loma tersebut. Tak disengaja Tri
membaca formulir Ridho dan terkejut. Ternyata Ridho berasal dari SDN 18, tempat
di mana Tri sekolah dulu. Tri langsung teringat dan mengetahui bahwa ternyata
Ridho adalah sahabatnya semasa kecil. Tapi Tri belum yakin dengan semua ini,
Tri ingin membuktikan semuanya.
“Ridho, kamu dulu sekolah di SDN
18 ya?” Tanya Tri ke pada Ridho secara pelan-pelan.
“Iya, memangnya kenapa ya?” Jawab
Ridho yang merasa heran dengan sikap Tri kepadanya.
“Apa kamu kenal aku?” Tanya lagi
Tri yang mulai percaya semua ini.
“Emmm, sebenarnya aku sudah
mengenalmu saat kita bicara di perpustakaan.” Jawab Ridho.
“Tapi mengapa kamu tidak bilang
sebelumnya kalau kita sudah pernah ketemu? Apa kamu
sahabatku semasa kecil?” Tanya lagi Tri yang semakin penasaran.
“Aku tahu kalau ini kamu, Tri yang
dulu pernah menjadi sahabatku. Tapi aku menunggu hingga kamu sadar akan semua
ini. Apakah kamu mengenalku? Ternyata hingga saat ini kau kenal aku kan?” Sahut
Ridho
“Iya, aku mengenalmu karena kata-kata bijakmu itu, Dibalik
usaha pasti ada kesuksesan. Dan semua perkataanmu yang menyemangatiku itu
membuat aku sadar, ternyata kamu sahabatku yang telah lama hilang.” Ucap Tri sedih dan bercampur
senang karena telah menemukan sahabat lamanya.
“Aku senang jika kamu telah sadar,
bisakah sekarang kita menjadi sahabat seperti dahulu?” Tanya Ridho dengan penuh
semangat.
“Ok, aku terima itu. Mulai
sekarang dan selamanya kita akan menjadi sahabat seperti dulu disaat suka dan
duka.” Ajak Tri untuk kembali bersama.
“Ok, sekarang kita fokus dulu ke
lomba ini. Kita harus memenangkan lomba ini agar kita bisa mendapatkan prestasi.” Ucap Ridho serius.
Mereka kembali membicarakan
persoalan presentasi lomba nanti, dengan sungguh-sungguh mereka mempresentasika
semuanya. Mereka merasa bahagia karena telah bertemu kembali dan saling tak
percaya. Hingga akhirnya mereka pun siap untuk mengikuti lomba besok, mereka
selalu berdoa agar dapat meraih salah satu piala yang ada di atas panggung
besok.
Sesampai di rumah, Tri masih merasa bahagia
dan menunggu sms dari Ridho. Karena Tri sangat rindu akan sahabat
lamanya itu, hingga saat ini dia merasa bahagia. Tiba-tiba HP Tri berbunyi dan
Tri berharap itu pesan dari Ridho. Ternyata dugaannya benar, tak lama Ridho
mengirim pesan melalui HP.
“Hay, Tri apa kabar? Apa kamu siap
untuk perlombaan besok?” Tanya Ridho melalui pesan.
“Aku baik-baik saja. Siap dong,
karena kerja keras kita, aku menjadi
semakin bersemangat untuk lomba besok.” Jawab Tri membalas pesan Ridho
“Baguslah kalau begitu, siapkan
mental dan batinmu, agar besok kita dapat mempresentasikan semuanya dengan
sempurna.” Ucap Ridho
“Iya, selagi kita masih muda, maka
raih dan gapailah prestasimu sebanyak mungkin, sebisa mungkin, semampu mungkin
hingga tua kelak.” Balas Tri yang begitu
bersemangat.
Esok haripun tiba, perlombaan segera dimulai. Kelompok
Tri mendapatkan nomor urut 4. Sehingga mereka dapat latihan terlebih dahulu
sebelum maju ke panggung. Peserta 3 telah selesai saatnya kelompok 4 maju dan
mempresentasikan semua nya. Tri maju dengan gugup, tapi dengan dukungan para
guru dan teman-temannya Tri kembali bersemangat dan memulai presentasinya.
Dengan lancar mereka mempresentasikan yang telah dia siapkan selama beberapa hari
lalu.
Saat-saat yang ditunggu pun tiba,
pengumuman hasil pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Biology Back To Nature segera diumumkan. Mulai dari Juara 1 yang
diraih oleh kelompok dari SMAN 2 Pontianak. Tri merasa kecewa karena tak dapat
menjadi juara utama, tapi masih ada dua prestasi lagi. Tri berharap bisa
mendapatkan salah satu prestasi itu. Juara ke 2 yang diraih oleh SMAN 4
Pontianak. Tri semakin kecewa dan putus asa atas semua perjuangannya selama
ini, tapi Ridho selalu menyemangatinya dibalik usaha pasti ada kesuksesan.
Hingga akhirnya juara terakhir diumumkan dan Juara ke 3 jatuh kepada kelompok
dari MAN 1 Pontianak.
Tri dan Ridho begitu senang hingga
melompat kegirangan, semua ini berkat Ridho yang telah memberi kesempatan untuk
Tri.
“Ini adalah prestasi pertamaku,
aku tak akan pernah melupakan ini karena prestasi ini, aku juga dapat menemukan
sahabat lamaku dan sekarang kembali.” Ucap Tri didalam hati yang sedang merasa
bahagia.
Maka dari itu, selagi kita masih
muda maka raih dan gapailah prestasimu sebanyak mungkin, sebisa mungkin,
semampu mungkin hingga tua kelak.
SEMANGAT!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar