by : Gita anggita
Kakek tua itu pun
menangis tak putus-putusnya mengucapkan terima kasih kepada kami.Sebuah vespa
yang telah dimodifikasi pun telah terparkir sempurna. Kulirik si dia kuamati
seksama ,indah.. air mata bercampur tangis bahagia darinya menambah
kebahagianku saat ini. Misi kami pun berhasil.Tahukah kalian apa yang membuatku
mampu seperti ini?
Aku hanyalah seorang preman pasar , setiap hari aku mendapat setoran uang dari anak-anak orang kaya disebuah sekolah menengah atas didaerahku.
Siang itu seperti
biasa, aku dan teman-teman genk ku menunggu setoran di gerbang sekolah.“Mana
uangnya?”seru temanku pada beberapa anak orang kaya yang baru keluar dari
gerbang sekolah. Beberapa dari mereka terlihat takut menunduk dan memberikan
uang mereka namun tak sedikit pula yang terlihat kesal dan hanya pasrah saat
dimintai.“Gila bro hari ini dapat banyak kita.”Seru temanku dengan sumbringahnya.Uang
senilai Rp.125.700,- pun menjadi penghasilan kami siang itu. Ditengah
wajah-wajah melas anak yang menjadi bulan-bulanan kami dan wajah kepuasan
teman-temanku yang memalak ,kulihat wajah bak bidadari yang meneduhkan hati
berjalan anggun menghentikan aliran darah.
“Eh cewek cakep tuh” seru temanku,Ujang.
“Siang non”. sapa,Kuku teman genk ku.
“Assalamualaikum.” sebentuk senyum indah
terukir di wajah putih nan ayu wanita berjilbab tersebut menjawab sapaan Kuku,menambah
kekaguman ku akan dirinya.
Dan malam itu aku kembali tak dapat
melupakan senyuman itu.
Hari berganti hari dan
aktivitas ku selalu sama, memalak, memalak dan memalak. Dan satu hal yang
selalu membuatku begitu bahagia saat memalak bukan hanya karna uang semata
namun karena “dia”.
Suatu malam aku dan teman teman genk ku
seperti biasa berkeliling di daerah setempat kami. “Gila edan tenan ini malem
dinginnya tiap malem makin dingin”.protes Ujang.
“Lah iya jang, namanya juga dipuncak
kalo mau panas mah ke neraka aja.” gurauku.
“Jangan toh mas bro, “ jawab Ujang
ketakutan.
Dari kejauhan terdengar suara yang
mengganggu pendengaran,terlihat sebuah vespa butut milik seorang kakek tua
pengantar pizza delivery melintas . Bek bek bek bek ..ya mungkin itulah
kedengaran bunyinya. Dan kini vespa itu pun melewati kami, bau asap darinya pun
mulai membungkus tubuh dan merusak indera penciuman setiap orang yang
menciumnya.
“Masyaallah , itu motor apa cerobong
asap toh?Itu kenalpotnya mau diganti olinya itu, kalo dibiarin walah asapnya
gak nahan deh yang beginian nih yang bisa ngerusak paru-paru.”komentar Bobby
sok berpengetahuan.
“Heran ya jaman sekarang masih ada
pengantar pizza delivary pake vespa.”heran Ujang.
Kami pun melanjutkan perjalanan,sambil
tak henti-hentinya Bobby memprotes vespa itu seolah dia orang yang paling
mengerti tentang otomotif. Aku dan teman-temanku terus mendaki perbukitan, dan
tahukah kalian?Lagi-lagi entah suatu kebetulan ataukah mukjizat, aku kembali
bertemu malaikatku yang menenangkan hatiku. Kuhentikan langkah kakiku dan
langkah kaki siapapun,termasuk kicauan sapi berjalan (Bobby) agar yang
terdengar hanya suaranya, suara gadis berjilbab itu.Seksama ku dengar,lembut
sekali tutur perkataannya namun tunggu dulu,pada siapa ia berbicara?
“Ini kek saya buatkan kakek sarung tangan supaya kakek tidak kedinginan.”lembut
dia bertutur.
“Ini buat kakek neng?neng mah tau
darimana kakek sering kedinginan?”tanya kakek tua itu heran
“Rumah saya didekat sini , saya sering
melihat kakek setiap malamnya, tampaknya seperti kedinginan. Makanya saya
berniat memberikan sarung tangan ini untuk kakek agar kakek tidak kedinginan
lagi.”
“Subhanallah nak, betapa mulianya
hatimu, terima kasih banyak ya nak.”
“Iya kek sama-sama.”Senyum gadis
berjilbab itu.
Itulah pertama kalinya aku mendengar
suaranya, suara indah mengalun yang menyejukkan hati.
Belakangan aku mengetahui bahwa kakek
tersebut berkerja sebagai pengantar pizza yang bertugas mengantar pizza ke
sebuah hotel di daerah puncak pada malam hari.
Malam demi malam aku
selalu menunggu ditempat yang sama mencari tahu tentang kakek dan gadis itu.
Sampai suatu malam aku melihat gadis itu sendirian menunggu sang kakek
tersebut, ku coba menghampirinya,dan kuberanikan diri mengajaknya bicara.Kusapa
dirinya, ramah jawabnya.
“Assalamualaikum.”tegurku.
“Walaikumsalam.”jawabnya tersenyum.
“Nunggu apa disini malam-malam ?”
“Nunggu kek Jarwo.”
“Kakeknya ya?”
“Bukan..”
Kami pun terdiam sesaat, hanya suara
jangkrik pegunungan yang terdengar.kulanjutkan pembicaraanku kembali.
“Neng kok ga takut?”
“Takut kenapa kang?” jawabnya tersenyum.
“Ya takut sama saya, kan tampang saya
kaya beginian neng.preman bangetan gitu, haha.”
“Hahaha.” Tawagadis tersebut,membuatku
heran.
“Kok?”
“Lucu aja , abis ngapain juga takut.”
“Tapi tampang saya kan kayak gini,
sangar gitu.”jawabku polos.
“Nggaklah, ngapain juga takut lagian
saya tau kok kalo semua itu hanya penampilan dibaliknya itu saya yakin anda
orang yang baik.”jelas gadis tersebut tersenyum ramah, membuat aku tak habis
pikir dengan pemikirannya.Itu lah pertama kalinya aku berbicara dengannya.
Hari demi hari , malam demi
malam aku selalu menyempatkan waktu untuk dapat terus dekat dengannya kami pun
mulai akrab. Namun pada satu malam
kutemui ia yang tak seperti biasanya, wajahnya terlihat cemas bercampur murung.
“Ada apa?” tanya ku padanya. “Kek Jarwo kang, katanya sakit keras.”jawab gadis
tersebut gelisah. Sakit parah?Hatiku pun terasa seperti begitu terketuk, tanpa
berfikir panjang pun ku putuskan esok hari untuk mencari tahu dimana kakek tua
itu tinggal dan berniat mengajak gadis itu menjenguknya.
Alamat pun sudah ditangan,
segera ku ajak teman-temanku dan dia untuk menjenguknya.Jalan demi jalan kami
telusuri hingga sampai ke sebuah rumah sederhana beratapkan dedaunan kami
temui, sekilas kami memperhatikan dengan seksama.“Beneran ini rumahnya?”tanya
Ujang. Aku pun melirik sekitar rumah dan tak lama kami semua terkagetkan oleh
suara riang sang gadis berjilbab. “Tidak salahlagi !Ini memang rumah kakek!”
sembari kami semua melihat kearah nya, heran. “Itu vespa kakek..” lanjut gadis
itu sembari menunjuk sebuah vespa tua dan menjawab kebingungan kami semua,segera
kami mengetuk pintu tua dihadapan kami. “Assalamualaikum..kek Jarwooo.” panggil
kami semua. Tak lama kemudian terdengar jawaban salam dan langkah kaki yang
hendak membuka pintu. “Walaikumsalam..” terdengar suara lemah kek Jarwo membuka
pintu. Kami pun dipersilahkahkan masuk dengan baiknya, kami pun
berbincang-bincang dengannya. “Kakek sakit apa?”tanyaku padanya. “Ya beginilah
nak namanya juga udah tua asma akut kakek kambuh lagi, ngomong-ngomong
akang-akang ini siapa ya dan ada apa mencari kakek?” tanya kakek itu heran.Wajar
saja jika asma nya kambuh kembali,jika dilihat dari factor usia dan
pekerjaannya yang selalu bertugas malam bukan hal mustahil asma yang
dideritanya kambuh karena terlalu sering kedinginan dan kecapekan.
“Ini adalah teman-teman saya kek, mereka
yang bantu saya mencari alamat kakek, maksud kedatangan saya kesini ingin menjenguk
dan melihat keadaan kakek saya mendapat kabar kalau kakek sedang sakit parah.”jelasnya
perlahan. Perbincangan kami pun semakin akrab layaknya antara seorang kakek dan
cucu-cucunya sendiri.Hari-hari pun silih berganti, kami lewati dirumah sederhana
milik kakek jarwo yang didalamnya terdapat kehangatan milik kek Jarwo dan
keadaan kakek pun semakin membaik.
“Kek ini vespa udah lama banget ya?”
tanya Bobby yang sedari dulu sudah amat penasaran akan vespa tersebut.
“Iya itu vespa memang sudah lama sekali
,kakek beli dulu tahun 92-an cu.”jelas kakek pada Bobby.
“Pantesan asap nya luar biasa
edan.”heran Bobby.
Melihat perbincangan
Bobby dan kakek aku mendapat seperti pencerahan.Entah ilham semacam apa namun
bagiku ini kuasa sang maha penyayang, terlintas dipikiran ku untuk memodifikasi
vespa tua itu. Kuutarakan niat baik ku pada teman-teman dan gadis itu sebelum
kami meminta ijin pada kek Jarwo.
“Aku punya ide bagus buat kesehatan
kakek.”terangku.
“Ide buat kesehatan kakek?”tanya gadis
berjilbab tersebut padaku.
“Kita bawa kek Jarwo berobat gitu
maksudmu ? €tapi itu asma sudah akut toh mas bro.”sambar Kuku.
“Aku tau ini memang sedikit gila,
tiba-tiba aku kepikiran buat modifikasi itu vespa.”
“Lalu
hubungannya sama kesehatan kakek?”tanya gadis itu padaku dengan berwajah serius
seperti 3 temanku yang lainnya.
“Itu dia, menurutku kesehatan kakek
sering terganggu karena pekerjaaannya yang mengharuskan dia bergelut dengan
dinginnya udara puncak pada malam hari ditambah usia kakek yang sudah tidak
muda lagi.Aku berfikir untuk memodifikasi vespa itu dan memberi penghangat
didaerah stang dan bawah tempat kaki
disekitar bagian fender.”
“Penghangat?”tanya gadis itu.
“Iya, aku berfikir ingin melapisi bagian
stang dan bawah dengan tembaga dan lapisan yang mengandung biji infra-red yang dapat mengalirkan panas
secara sehat yang memampu melancarkan peredaran darah kakek,mengingat usia
kakek sudah tidak muda lagi dan membutuhkan peredaran darah yang lancer untuk
menunjang kesehatan.”
“Biasanya infra-red itukan akan berubah menjadi panas sehat jika dialiri
listrik bos?” tanya Ujang mulai tertarik.
“Ini toh ini, bagaimana kalau panas
listriknya kita ambil dari panas mesinnya toh?” tutur Bobby memberikan
pendapat.
“Itu dia maksudku,panas yang dihasilkan
mesin kita manfaatkan!”tegasku antusias.
“Cuma sekarang masalahnya darimana kita
bisa nemu biji infra-red.”tanya Bobby
meluluhkan niatku.
“Aku bisa bantu kalian kok,ayahku
kebetulan bergelut dengan barang-barang seperti itu.” Tutur gadis berjilbab itu
menenangkan hatiku.
“Oke sekarang semua sudah kelar,tinggal
ijin dari kakek saja.”
“Tunggu..” sanggah Bobby dengan wajah
serius, membuat kami serontak terdiam.
“Ono opo toh by?” tanya Ujang.
“1 lagi kalau bisa itu knalpot aku
bantuin gantiin yo.”Niat baik Bobby menambah semangat kami semua dalam
memodifikasi.
Setelah rencana teratur
sempurna dan ijin telah kami dapatkan kami semua pun mulai mengotak atik mesin
tua tersebut.Alhamdulillah puji syukur pada Allah Tuhan Maha Kuasa atas segala
sesuatu, perlahan tapi pasti sedikit demi sedikit vespa tersebut
termodifikasikan,tentunnya dengan bantuan yang kami dapatkan dari Ayah gadis
berjilbab dan beberapa temanku yang bekerja dibengkel. Dan sebagai gantinya
pada malam hari kami menggantikan kakek bertugas mengantar pizza.
Berberapa minggu pun terlewati dan kini
modifikasi pun telah memasuki tahap akhir
“Terima kasih ya udah banyak
membantu.”tutur gadis berjilbab itu halus penuh ketulusan pada ku yang sedang
sibuk merapikan beberapa cat divespa milik kakek,menambah semangat tersendiri
bagiku.
“Iya sama-sama. Saya juga perlu
banyak-banyak terima kasih nih.”jawab ku malu-malu.
Dan kini semua sudah
selesai, kebahagiaan sudah sepenuhnya kami rasakan, kebahagiaan luar biasa
karena dapat saling berbagi. Dan kini tibalah saat dimana kami akan menunjukan
vespa baru sang kakek.
“Ayo kek sini..” riang suara gadis itu
mengalun indah ditambah suararibut sorak soraya dari Kuku, Ujang maupun Bobby. Kakek
tua itu pun menangis tak putus-putusnya mengucapkan terima kasih kepada
kami.Sebuah vespa yang telah dimodifikasi dengan penghangat pun telah terparkir
sempurna. Kulirik si dia kuamati seksama
,indah.. air mata bercampur tangis bahagia darinya menambah kebahagianku saat
ini. Misi kami pun berhasil.
“Ini kek, vespa kakek yang waktu itu
kami pinjam, sekarang kakek udah ga perlu lagi kedinginan karena ini vespa udah
dilengkapi sama penghangat kek, dan penghangatnya pun bisa kakek atur, semua
biasa kakek ataur ditombol pengatur.”terang gadis berjilbab itu sambil
menunjukkan tombol pengatur yang sengaja kami buat untuk menyesuaikan kebutuhan
kakek Jarwo.
“Terima kasih banyak cu, maaf kakek tidak bisa membalas apa-apa.”Ucap kek Jarwo
terbata-bata menahan tangis haru.Suasana disekeliling pun terasa begitu indah,
jika kuingat kembali betapa banyak perubahan yang terjadi semenjak aku dan teman-temanku bertemu kek Jarwo dan gadis
tersebut, mereka mengajarkan kami tentang indahnya berbagi dan melaksanakan
sholat tepat waktu. Jika kukilas balikkan kehidupanku yang dulu kala, jangankan
untuk sholat mengingat saja tak terluangkan, betapa anugrah Allah itu sungguh
indah. Minggu demi minggu berlalu semenjak ujian akhir sekolah gadis itu jarang
terlihat, sampai dimana hari kelulusan pun tiba, dari sekian lama hari akhirnya
aku pun bertemu dengannya, tak banyak
kata yang terucap hanya kata terima kasih yang terjalin. Selang beberapa waktu
sejak pertemuanku pun aku mendapat kabar bahwa gadis tersebut pun lulus dan
diterima di Universitas kedokteran Imperial College London, sebuah Universitas
ternama di London. Gundah yang kurasakan namun senang akan kebahagiaannya juga
tak lepas dariku.
Tahun demi tahun
dilewati tanpa kabar darinya bahkan namanya saja aku belum sempat menanyakannya,
dan inilah aku yang sekarang. Kini aku bekerja sebagai direktur disebuah
perusahaan otomotif di London tentunya aku masih bersama
teman-temanku,Ujang,Kuku,Bobby yang juga bekerja di perusahaan yang sama.
Beberapa tahun lalu penemuan ku dan
teman-temanku mulai dilirik dan menjadi terkenal sebagai karya anak bangsa,
sejak saat iru kamipun ditawarkan untuk bekerja sama dengan sebuah perusahaan
asing. Dan inilah kami sekarang siap untuk melahirkan karya baru untuk dunia.
Brrrrr..bunyi getaran dari ponselku pun
membuyarkan kesibukanku , kulihat sebuah pesan email dari orang tak kukenal
masuk, kubuka dan kutemukan sebuah tulisan yang membekukan hatiku :
Assalamualaikum,
Selamat atas keberhasilanmu, aku beruntung dapat menjadi orang pertama yang
menyaksikan karya pertamamu, sebuah vespa untuk kek Jarwo, aku selalu mendoakanmu
untuk keberhasilanmu.
Teman
lamamu, Dewi
……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar