Rabu, 03 April 2013

VESPA UNTUK KAKEK


VESPA UNTUK KAKEK
by : Gita anggita

Kakek tua itu pun menangis tak putus-putusnya mengucapkan terima kasih kepada kami.Sebuah vespa yang telah dimodifikasi pun telah terparkir sempurna. Kulirik si dia kuamati seksama ,indah.. air mata bercampur tangis bahagia darinya menambah kebahagianku saat ini. Misi kami pun berhasil.Tahukah kalian apa yang membuatku mampu seperti ini?

Aku hanyalah seorang preman pasar , setiap hari aku mendapat setoran uang dari anak-anak orang kaya disebuah sekolah menengah atas didaerahku.
Siang itu seperti biasa, aku dan teman-teman genk ku menunggu setoran di gerbang sekolah.“Mana uangnya?”seru temanku pada beberapa anak orang kaya yang baru keluar dari gerbang sekolah. Beberapa dari mereka terlihat takut menunduk dan memberikan uang mereka namun tak sedikit pula yang terlihat kesal dan hanya pasrah saat dimintai.“Gila bro hari ini dapat banyak kita.”Seru temanku dengan sumbringahnya.Uang senilai Rp.125.700,- pun menjadi penghasilan kami siang itu. Ditengah wajah-wajah melas anak yang menjadi bulan-bulanan kami dan wajah kepuasan teman-temanku yang memalak ,kulihat wajah bak bidadari yang meneduhkan hati berjalan anggun menghentikan aliran darah.
“Eh cewek cakep tuh” seru temanku,Ujang.
“Siang non”. sapa,Kuku teman genk ku.
“Assalamualaikum.” sebentuk senyum indah terukir di wajah putih nan ayu wanita berjilbab tersebut menjawab sapaan Kuku,menambah kekaguman ku akan dirinya.
Dan malam itu aku kembali tak dapat melupakan senyuman itu.
Hari berganti hari dan aktivitas ku selalu sama, memalak, memalak dan memalak. Dan satu hal yang selalu membuatku begitu bahagia saat memalak bukan hanya karna uang semata namun karena “dia”.
Suatu malam aku dan teman teman genk ku seperti biasa berkeliling di daerah setempat kami. “Gila edan tenan ini malem dinginnya tiap malem makin dingin”.protes Ujang.
“Lah iya jang, namanya juga dipuncak kalo mau panas mah ke neraka aja.” gurauku.
“Jangan toh mas bro, “ jawab Ujang ketakutan.
Dari kejauhan terdengar suara yang mengganggu pendengaran,terlihat sebuah vespa butut milik seorang kakek tua pengantar pizza delivery melintas . Bek bek bek bek ..ya mungkin itulah kedengaran bunyinya. Dan kini vespa itu pun melewati kami, bau asap darinya pun mulai membungkus tubuh dan merusak indera penciuman setiap orang yang menciumnya.
“Masyaallah , itu motor apa cerobong asap toh?Itu kenalpotnya mau diganti olinya itu, kalo dibiarin walah asapnya gak nahan deh yang beginian nih yang bisa ngerusak paru-paru.”komentar Bobby sok berpengetahuan.
“Heran ya jaman sekarang masih ada pengantar pizza delivary pake vespa.”heran Ujang.
Kami pun melanjutkan perjalanan,sambil tak henti-hentinya Bobby memprotes vespa itu seolah dia orang yang paling mengerti tentang otomotif. Aku dan teman-temanku terus mendaki perbukitan, dan tahukah kalian?Lagi-lagi entah suatu kebetulan ataukah mukjizat, aku kembali bertemu malaikatku yang menenangkan hatiku. Kuhentikan langkah kakiku dan langkah kaki siapapun,termasuk kicauan sapi berjalan (Bobby) agar yang terdengar hanya suaranya, suara gadis berjilbab itu.Seksama ku dengar,lembut sekali tutur perkataannya namun tunggu dulu,pada siapa ia berbicara?
“Ini kek saya buatkan kakek  sarung tangan supaya kakek tidak kedinginan.”lembut dia bertutur.
“Ini buat kakek neng?neng mah tau darimana kakek sering kedinginan?”tanya kakek tua itu heran
“Rumah saya didekat sini , saya sering melihat kakek setiap malamnya, tampaknya seperti kedinginan. Makanya saya berniat memberikan sarung tangan ini untuk kakek agar kakek tidak kedinginan lagi.”
“Subhanallah nak, betapa mulianya hatimu, terima kasih banyak ya nak.”
“Iya kek sama-sama.”Senyum gadis berjilbab itu.
Itulah pertama kalinya aku mendengar suaranya, suara indah mengalun yang menyejukkan hati.
Belakangan aku mengetahui bahwa kakek tersebut berkerja sebagai pengantar pizza yang bertugas mengantar pizza ke sebuah hotel di daerah puncak pada malam hari.
Malam demi malam aku selalu menunggu ditempat yang sama mencari tahu tentang kakek dan gadis itu. Sampai suatu malam aku melihat gadis itu sendirian menunggu sang kakek tersebut, ku coba menghampirinya,dan kuberanikan diri mengajaknya bicara.Kusapa dirinya, ramah jawabnya.
“Assalamualaikum.”tegurku.
“Walaikumsalam.”jawabnya tersenyum.
“Nunggu apa disini malam-malam ?”
“Nunggu kek Jarwo.”
“Kakeknya ya?”
“Bukan..”
Kami pun terdiam sesaat, hanya suara jangkrik pegunungan yang terdengar.kulanjutkan pembicaraanku kembali.
“Neng kok ga takut?”
“Takut kenapa kang?” jawabnya tersenyum.
“Ya takut sama saya, kan tampang saya kaya beginian neng.preman bangetan gitu, haha.”
“Hahaha.” Tawagadis tersebut,membuatku heran.
“Kok?”
“Lucu aja , abis ngapain juga takut.”
“Tapi tampang saya kan kayak gini, sangar gitu.”jawabku polos.
“Nggaklah, ngapain juga takut lagian saya tau kok kalo semua itu hanya penampilan dibaliknya itu saya yakin anda orang yang baik.”jelas gadis tersebut tersenyum ramah, membuat aku tak habis pikir dengan pemikirannya.Itu lah pertama kalinya aku berbicara dengannya.
Hari demi hari , malam demi malam aku selalu menyempatkan waktu untuk dapat terus dekat dengannya kami pun mulai akrab.  Namun pada satu malam kutemui ia yang tak seperti biasanya, wajahnya terlihat cemas bercampur murung. “Ada apa?” tanya ku padanya. “Kek Jarwo kang, katanya sakit keras.”jawab gadis tersebut gelisah. Sakit parah?Hatiku pun terasa seperti begitu terketuk, tanpa berfikir panjang pun ku putuskan esok hari untuk mencari tahu dimana kakek tua itu tinggal dan berniat mengajak gadis itu menjenguknya.
Alamat pun sudah ditangan, segera ku ajak teman-temanku dan dia untuk menjenguknya.Jalan demi jalan kami telusuri hingga sampai ke sebuah rumah sederhana beratapkan dedaunan kami temui, sekilas kami memperhatikan dengan seksama.“Beneran ini rumahnya?”tanya Ujang. Aku pun melirik sekitar rumah dan tak lama kami semua terkagetkan oleh suara riang sang gadis berjilbab. “Tidak salahlagi !Ini memang rumah kakek!” sembari kami semua melihat kearah nya, heran. “Itu vespa kakek..” lanjut gadis itu sembari menunjuk sebuah vespa tua dan menjawab kebingungan kami semua,segera kami mengetuk pintu tua dihadapan kami. “Assalamualaikum..kek Jarwooo.” panggil kami semua. Tak lama kemudian terdengar jawaban salam dan langkah kaki yang hendak membuka pintu. “Walaikumsalam..” terdengar suara lemah kek Jarwo membuka pintu. Kami pun dipersilahkahkan masuk dengan baiknya, kami pun berbincang-bincang dengannya. “Kakek sakit apa?”tanyaku padanya. “Ya beginilah nak namanya juga udah tua asma akut kakek kambuh lagi, ngomong-ngomong akang-akang ini siapa ya dan ada apa mencari kakek?” tanya kakek itu heran.Wajar saja jika asma nya kambuh kembali,jika dilihat dari factor usia dan pekerjaannya yang selalu bertugas malam bukan hal mustahil asma yang dideritanya kambuh karena terlalu sering kedinginan dan kecapekan.
“Ini adalah teman-teman saya kek, mereka yang bantu saya mencari alamat kakek, maksud kedatangan saya kesini ingin menjenguk dan melihat keadaan kakek saya mendapat kabar kalau kakek sedang sakit parah.”jelasnya perlahan. Perbincangan kami pun semakin akrab layaknya antara seorang kakek dan cucu-cucunya sendiri.Hari-hari pun silih berganti, kami lewati dirumah sederhana milik kakek jarwo yang didalamnya terdapat kehangatan milik kek Jarwo dan keadaan kakek pun semakin membaik.
“Kek ini vespa udah lama banget ya?” tanya Bobby yang sedari dulu sudah amat penasaran akan vespa tersebut.
“Iya itu vespa memang sudah lama sekali ,kakek beli dulu tahun 92-an cu.”jelas kakek pada Bobby.
“Pantesan asap nya luar biasa edan.”heran Bobby.
Melihat perbincangan Bobby dan kakek aku mendapat seperti pencerahan.Entah ilham semacam apa namun bagiku ini kuasa sang maha penyayang, terlintas dipikiran ku untuk memodifikasi vespa tua itu. Kuutarakan niat baik ku pada teman-teman dan gadis itu sebelum kami meminta ijin pada kek Jarwo.
“Aku punya ide bagus buat kesehatan kakek.”terangku.
“Ide buat kesehatan kakek?”tanya gadis berjilbab tersebut padaku.
“Kita bawa kek Jarwo berobat gitu maksudmu ? €tapi itu asma sudah akut toh mas bro.”sambar Kuku.
“Aku tau ini memang sedikit gila, tiba-tiba aku kepikiran buat modifikasi itu vespa.”
“Lalu hubungannya sama kesehatan kakek?”tanya gadis itu padaku dengan berwajah serius seperti 3 temanku yang lainnya.
“Itu dia, menurutku kesehatan kakek sering terganggu karena pekerjaaannya yang mengharuskan dia bergelut dengan dinginnya udara puncak pada malam hari ditambah usia kakek yang sudah tidak muda lagi.Aku berfikir untuk memodifikasi vespa itu dan memberi penghangat didaerah stang dan bawah tempat kaki disekitar bagian fender.”
“Penghangat?”tanya gadis itu.
“Iya, aku berfikir ingin melapisi bagian stang dan bawah dengan tembaga dan lapisan yang mengandung biji infra-red yang dapat mengalirkan panas secara sehat yang memampu melancarkan peredaran darah kakek,mengingat usia kakek sudah tidak muda lagi dan membutuhkan peredaran darah yang lancer untuk menunjang kesehatan.”
“Biasanya infra-red itukan akan berubah menjadi panas sehat jika dialiri listrik bos?” tanya Ujang mulai tertarik.
“Ini toh ini, bagaimana kalau panas listriknya kita ambil dari panas mesinnya toh?” tutur Bobby memberikan pendapat.
“Itu dia maksudku,panas yang dihasilkan mesin kita manfaatkan!”tegasku antusias.
“Cuma sekarang masalahnya darimana kita bisa nemu biji infra-red.”tanya Bobby meluluhkan niatku.
“Aku bisa bantu kalian kok,ayahku kebetulan bergelut dengan barang-barang seperti itu.” Tutur gadis berjilbab itu menenangkan hatiku.
“Oke sekarang semua sudah kelar,tinggal ijin dari kakek saja.”
“Tunggu..” sanggah Bobby dengan wajah serius, membuat kami serontak terdiam.
“Ono opo toh by?” tanya Ujang.
“1 lagi kalau bisa itu knalpot aku bantuin gantiin yo.”Niat baik Bobby menambah semangat kami semua dalam memodifikasi.
Setelah rencana teratur sempurna dan ijin telah kami dapatkan kami semua pun mulai mengotak atik mesin tua tersebut.Alhamdulillah puji syukur pada Allah Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu, perlahan tapi pasti sedikit demi sedikit vespa tersebut termodifikasikan,tentunnya dengan bantuan yang kami dapatkan dari Ayah gadis berjilbab dan beberapa temanku yang bekerja dibengkel. Dan sebagai gantinya pada malam hari kami menggantikan kakek bertugas mengantar pizza.
 Berberapa minggu pun terlewati dan kini modifikasi pun telah memasuki tahap akhir
“Terima kasih ya udah banyak membantu.”tutur gadis berjilbab itu halus penuh ketulusan pada ku yang sedang sibuk merapikan beberapa cat divespa milik kakek,menambah semangat tersendiri bagiku.
“Iya sama-sama. Saya juga perlu banyak-banyak terima kasih nih.”jawab ku malu-malu.
Dan kini semua sudah selesai, kebahagiaan sudah sepenuhnya kami rasakan, kebahagiaan luar biasa karena dapat saling berbagi. Dan kini tibalah saat dimana kami akan menunjukan vespa baru sang kakek.
“Ayo kek sini..” riang suara gadis itu mengalun indah ditambah suararibut sorak soraya dari Kuku, Ujang maupun Bobby. Kakek tua itu pun menangis tak putus-putusnya mengucapkan terima kasih kepada kami.Sebuah vespa yang telah dimodifikasi dengan penghangat pun telah terparkir sempurna.  Kulirik si dia kuamati seksama ,indah.. air mata bercampur tangis bahagia darinya menambah kebahagianku saat ini. Misi kami pun berhasil.
“Ini kek, vespa kakek yang waktu itu kami pinjam, sekarang kakek udah ga perlu lagi kedinginan karena ini vespa udah dilengkapi sama penghangat kek, dan penghangatnya pun bisa kakek atur, semua biasa kakek ataur ditombol pengatur.”terang gadis berjilbab itu sambil menunjukkan tombol pengatur yang sengaja kami buat untuk menyesuaikan kebutuhan kakek Jarwo.
“Terima kasih banyak cu, maaf  kakek tidak bisa membalas apa-apa.”Ucap kek Jarwo terbata-bata menahan tangis haru.Suasana disekeliling pun terasa begitu indah, jika kuingat kembali betapa banyak perubahan yang terjadi semenjak aku dan  teman-temanku bertemu kek Jarwo dan gadis tersebut, mereka mengajarkan kami tentang indahnya berbagi dan melaksanakan sholat tepat waktu. Jika kukilas balikkan kehidupanku yang dulu kala, jangankan untuk sholat mengingat saja tak terluangkan, betapa anugrah Allah itu sungguh indah. Minggu demi minggu berlalu semenjak ujian akhir sekolah gadis itu jarang terlihat, sampai dimana hari kelulusan pun tiba, dari sekian lama hari akhirnya aku pun  bertemu dengannya, tak banyak kata yang terucap hanya kata terima kasih yang terjalin. Selang beberapa waktu sejak pertemuanku pun aku mendapat kabar bahwa gadis tersebut pun lulus dan diterima di Universitas kedokteran Imperial College London, sebuah Universitas ternama di London. Gundah yang kurasakan namun senang akan kebahagiaannya juga tak lepas dariku.
Tahun demi tahun dilewati tanpa kabar darinya bahkan namanya saja aku belum sempat menanyakannya, dan inilah aku yang sekarang. Kini aku bekerja sebagai direktur disebuah perusahaan otomotif di London tentunya aku masih bersama teman-temanku,Ujang,Kuku,Bobby yang juga bekerja di perusahaan yang sama.
Beberapa tahun lalu penemuan ku dan teman-temanku mulai dilirik dan menjadi terkenal sebagai karya anak bangsa, sejak saat iru kamipun ditawarkan untuk bekerja sama dengan sebuah perusahaan asing. Dan inilah kami sekarang siap untuk melahirkan karya baru untuk dunia.
 Brrrrr..bunyi getaran dari ponselku pun membuyarkan kesibukanku , kulihat sebuah pesan email dari orang tak kukenal masuk, kubuka dan kutemukan sebuah tulisan yang membekukan hatiku :
Assalamualaikum, Selamat atas keberhasilanmu, aku beruntung dapat menjadi orang pertama yang menyaksikan karya pertamamu, sebuah vespa untuk kek Jarwo, aku selalu mendoakanmu untuk keberhasilanmu.
Teman lamamu, Dewi
……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar