Syair Melody Kemenangan
Oleh: Muhammad Ridho, SMK Mandiri Ptk #juara 2
Muhammad
Arief adalah anak kurang mampu yang berasal dari Bogor, ia pindah ke Pontianak
Kal-Bar karena program imigrasi yang telah ditentukan pemerintah, ia memiliki
seorang ibu yang bekerja sebagai tukang cuci, sedangkan ayahnya sudah meninggal
karena tanah longsor yang merenggut nyawa sekitar 15 orang disana termasuk ayah
Arief.
Arief memiliki bakat yang sangat
luar biasa yaitu ia bisa bermain violin/biola dengan merdu, ia mendapatkan
bakat itu karena saat Arief masih kecil, ia diajarkan oleh ayahnya cara bermain
biola dengan merdu. Dan Arief memiliki seorang sahabat yang merupakan anak dari
sahabat ayahnya, temannya Arief bernama Farhan, Farhan termasuk anak orang
kaya, tetapi ia tidak sombong dan selalu mendukung Arief.
Suatu hari disekolah, Darko memiliki
siasat untuk mengerjai Arief, Darko lalu mengajak anggota geng nya untuk
bersama-sama menghancurkan sepeda milik Arief. Geng Darko lalu berkumpul di
kantin, sedangkan Arief yang sekarang sedang berada di perpustakaan tidak tahu
bahwa dirinya akan dikerjai teman sekelasnya sendiri. Setelah sampai di kantin,
Darko menjelaskan rencananya kepada teman gengnya.
“Eh guys, aku
punya rencana agar si Arief itu tersiksa pas saat pulang sekolah” Darko
menjelaskan sambil berbisik.
“Caranya gimana
tuh?” Tanya salah satu anggota gengnya.
“Begini….tugasku
mecahin ban sepeda miliknya, sedangkan kalian preteli ban serta tempat
duduknya, mengerti?”
“Mengerti bos !”
Seusai mereka
berdiskusi, mereka langsung mengeksekusi rencana yang telah dibuat sebelumnya,
Darko memulai aba-abanya dengan cara memecahkan ban sepeda Arief, lalu dengan
segera anggota geng Darko mempretelli serta mengobrak-abrik sepeda milik Arief
tanpa ampun. Sepulang sekolah, betapa kagetnya Arief karena yang ia lihat hanya
badan sepeda saja yang utuh, sedangkan yang lain sudah terlihat seperti
sampah-sampah yang berserakan. Karena hal itu, Arief harus rela pulang kerumah
sambil menguras keringat, serta membawa pegal dikaki karena jarak yang di
tempuh dari rumah ke sekolah tersebut adalah 15 KM. Sepanjang jalan, Arief
hanya menatapi langit sambil merenungkan nasib yang ia sekarang jalani, hatinya
seakan mau berteriak namun apa daya, ia hanya seorang anak miskin yang mencoba
berusaha dan pantang putus asa.
“Coba saja ayah
masih ada….jika ia ada, pasti ia bisa mengantarku ke sekolah meskipun naik
sepeda atau jalan kaki itu sudah membuatku bahagia” Gumam Arief didalam hati
sambil memperhatikan langkah kakinya.
Sesampainya dirumah, Arief langsung
membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah, barulah setelah itu Arief
mengambil biola usang warisan ayahnya yang masih disimpannya secara baik hingga
saat ini. Jika Arief merasa sedih, ia sering melantunkan lagu yang selalu
dimainkannya, yaitu lagu ‘Ayah’ untuk mengenang ayahnya yang telah meninggal.
Setiap hari minggu, Arief selalu ke rumah
Farhan yang tak jauh dari rumahnya untuk belajar musik dari Farhan karena
Farhan mengikuti kursus musik biola internasional. Karena kebetulan hari ini
adalah hari minggu, seperti biasa Arief akan mengunjugi rumah Farhan untuk
belajar serta berlatih dari Farhan. Arief pun akhirnya sampai didepan pintu
rumah Farhan.
“Assalamualaikum”
Panggil Arief dari depan pintu.
“Wa’alaikumsalam”
Sahut Farhan dari dalam rumah lalu kemudian membukakan pintu.
“Ayo kita
latihan”
“Ayo, silahkan
masuk” Jawab Farhan mempersilahkan Arief masuk.
“Baiklah” Arief
pun masuk bersama Farhan dan langsung menuju ke ruang khusus latihan musik.
“Tadi di kursus,
aku Cuma belajar cara memainkan musik mellow, musik mellow itu sungguh susah
karena untuk lagu mellow dibutuhkan penghayatan yang luar biasa tinggi”
“Oke lah, kalau
begitu langsung saja kita praktekkan”
“Kita coba lagu
‘Bizzare Love Triangle’”
“Not lagunya??”
“Oh iya, nih..
pelajari betul-betul , oke?”
“Oke” Jawab
Arief bersemangat.
Mereka akhirnya berlatih dengan keras,
Farhan dengan susah payah menyamai permainan biola Arief, namun Farhan sangat
susah sekali memainkan instrumen lagu-lagu mellow, tetapi justru Arief
sebaliknya, ia malah lebih suka instrumen mellow. Setelah lama berlatih,
akhirnya Arief izin pulang untuk belajar kembali lagu tersebut dirumah agar ia
bisa menjadi Violinist Profesional seperti Wage Rudolf Supratman, Luluk Purwanto, Maylaffayza Permata Fitri
Wiguna, Idris Sardi, Vanessa-Mae
Vanakorn Nicholson.
Esok harinya, seluruh murid SMA
sudah masuk sekolah kembali seperti biasa, namun kali ini di sekolah Arief ada
pengumuman spesial yang tak diduga-duga. Pada saat jam pelajaran berlangsung,
tiba-tiba kepala sekolah datang mengunjungi kelas Arief dan memberi sebuah
pengumuman.
“Para murid sekalian, Bapak baru mendapatkan sebuah kabar
bahwa SMA kita telah terpilih sebagai wakil provinsi dari Instrumental Violin
Solo International Competition, dan besok akan diadakan penyeleksian peserta
lomba bertaraf internasional ini, apakah ada yang ingin mengikuti seleksi ini??
Tapi ingat, hanya siswa yang memiliki bakat bermain biola saja yang bisa ikut
seleksi ini, dan seandainya salah satu dari kalian lolos seleksi, maka kalian
akan dikirim ke Jakarta untuk seleksi kembali dan bersaing dengan 32 peserta
dari masing-masing provinsi di Indonesia, ada yang berminat mendaftar?”
Tak
lama, Arief dan Melvina mengacungkan tangan dengan cepat. Darko lalu memandang
sinis kepada Arief karena ia tak senang jika melihat Arief menang dikompetisi
itu. Dan Darko akan berusaha untuk menghancurkan impian Arief menjadi Violinist
terkenal dengan cara apapun.
Akhirnya keputusan pun telah
ditetapkan, peserta seleksi ada 3 orang yaitu Arief, Melvina, serta seorang
lelaki berperawakan gagah dan menggunakan kacamata. Hari seleksi pun akan
diadakan besok untuk memilih satu diantara mereka bertiga yang akan mewakili
Kalimantan Barat di Instrumental Violin Solo International Competition.
Sepulang sekolah Arief bingung mencari biola yang bagus untuk mengikuti seleksi
dan lomba nanti, tiba-tiba terlintas dipikiran Arief tentang Farhan yang
memiliki dua biola. Arief lalu mendatangi rumah Farhan untuk meminjam biola
miliknya, Arief menceritakan semua tentang perlombaan itu sehingga Farhan mau
meminjamkan salah satu biolanya.
Hari seleksi akhirnya tiba, Arief menenteng
tas yang berisi biola Farhan kesekolah, kedua peserta lainnya juga membawa
biola masing-masing dan sudah standby di ruang tunggu untuk dipanggil namanya.
Dewan juri yang berada didalam ruang seleksi ada 5 orang yaitu Pengamat Musik,
Gubernur, Menteri Pendidikan, Menteri Seni dan Budaya, Dan seorang juri dari
luar negeri.Peserta pertama yang tampil dihadapan sang juri adalah pria
berkacamata, sedangkan Melvina dan Arief diurutan kedua dan ketiga. Karena tahu
mereka akan menunggu lama, Melvina berinisiatif mengajak Arief untuk sarapan
karena mereka memang belum makan dan sekalian mereka menunggu giliran audisi,
Tanpa mereka sadari Darko membuntuti mereka yang sedang makan, lalu kemudian ia
memanggil anggota gengnya untuk beraksi lagi agar biola yang disimpan Arief di
ruang tunggu seleksi hancur supaya Arief tak bisa ikut lomba tersebut. Darko
dan gengnya langsung menuju ke ruang tunggu, dan ia melihat ada dua buah biola
yang tergeletak diatas kursi, ia bingung memilih satu diantara kedua biola itu,
lalu karena bingung dan tak tahu yang mana biola milik Arief, akhirnya Darko
memilih biola yang berada diatas bangku Melvina lalu ia menghancurkannya
berkeping-keping dan memutuskan senar biola milik Melvina setelah itu barulah
Darko pergi.
Arief dan Melvina akhirnya kembali
ke ruang tunggu, alangkah kagetnya mereka karena dilihatnya biola Melvina
hancur sudah tak berbentuk, Melvina langsung menangis tersedu-sedu dan Arief
berusaha untuk menenangkannya.
“Melvina,
sudahlah.. mimpimu bukan berakhir hanya karena biolamu hancur” Bujuk Arief
“Tapi
bagaimana mungkin aku bisa ikut lomba kalau tak ada biola, ibuku akan sangat
marah karena aku tak bisa memenangkan lomba itu, aku harus menang karena itu
perintah ibuku”
“Melvina,
musik itu adalah panggilan jiwa, bukan karena paksaan orang lain, arti musik
sesungguhnya adalah ekspresi jiwa yang alami tanpa ada pemaksaan diri”
“Tapi…
aku tak ingin ibuku marah”
“Baiklah,
gunakan saja biolaku untuk mewujudkan impianmu”
“Lalu?
Kamu bagaimana?”
“Aku
akan berusaha tahun depan saja, aku tak ingin sahabatku kecewa akan hal ini”
“Te..terima
kasih Arief” Jawab Melvina sambil menghapus air matanya.
Tak
lama kemudian giliran Melvina tiba, Melvina masuk ke ruang seleksi dengan muram
dan rasa bersalah atas keinginannya yang dapat membuat orang lain mengorbankan
impiannya demi diri Melvina.
“Anda
Melvina??” Tanya salah satu juri, tetapi Melvina masuk dengan tatapan kosong
karena seperti memikirkan sesuatu.
“Sepertinya
aku salah terhadap pandanganku terhadap musik, musik itu adalah panggilan jiwa,
dan musik itu datangnya dari hati dan tak ada yang bisa memaksaku untuk
mengeluarkan hasrat di jiwa ini” Gumam Melvina.
“Melvina,
silahkan tampilkan bakat anda” Perintah juri, namun Melvina menghiraukannya
karena ia masih melamun.
“
Benar kata Arief, mimpiku tak berakhir hanya karena hal kecil itu, tetapi aku
sudah menghancurkan impian sahabatku sendiri”
“Melvina?
Apa kamu sakit?” Melvina lalu sadar dari lamunannya.
“Tidak,
tetapi saya ingin membuat sebuah keputusan”
“Keputusan
apa itu?” Tanya juri.
“Saya
ingin mengundurkan diri dari seleksi ini” Tegas Melvina.
“Apakah
kamu yakin??”
“Yakin”
“Baiklah
kalau begitu, silahkan keluar”
Melvina
lalu keluar dari ruang audisi dan di depan ruangan sudah ada Arief yang
menunggu hasil audisi dari Melvina.
“Bagaimana
seleksinya??”
“Aku
mengundurkan diri”
“Kenapa”
Tanya Arief heran.
“Aku
merasa belum pantas untuk lomba ini, dan sebenarnya yang pantas untuk lomba ini
adalah kamu Arief” Jelas Melvina.
“Kenapa
seperti itu?”
“Karena
hanya dirimulah yang memiliki jiwa bermusik yang sangat hebat, dan pokoknya
kamu harus ikut seleksi dan jangan kecewakan aku dan ibumu” Jawab Melvina
seraya menyerahkan biola Arief.
“Aku
akan berusaha semampuku!” Arief menerima biolanya lalu kemudian masuk keruang
audisi.
“Anda
Arief?” Sapa juri.
“Iya”
Jawab Arief.
“Langsung
saja tunjukkan kehebatanmu”
Arief
lalu menarik nafas panjang lalu ia pub memainkan Instrumen lagu ‘My Heart Will
Go On’ dari Celine Dion. Arief memainkan lagu itu dengan penuh penghayatan
sehingga para pendengarnya dapat merasakan nuansa sedih dan romantis dari lagu
tersebut. Setelah beberapa menit, lagu itu akhirnya selesai, kemudian juri
langsung berdiri dari tempat duduknya dan memberikan Stand Up Applause sebagai
tanda kekaguman para juri terhadap kemampuan bermusik Arief.
Setelah beberapa lama juri
berdiskusi, pengumuman peserta yang lolos seleksi akan segera diumumkan. Arief
dan laki-laki berkacamata itu pun menunggu pengumuman tersebut di ruang tunggu
lagi. Beberapa saat kemudian seorang juri keluar ruangan audisi dan menyuruh
Arief serta laki-laki itu masuk ke ruangan audisi lagi untuk pengumuman, Mereka
lalu berdiri dihadapan dewan juri.
“Setelah
menimbang, menilai, dan mendiskusikan hasil penilaian terhadap kalian, ada yang
mendapat nilai 42 point yaitu Haikal (lelaki berkacamata)” Juri menjelaskan
Mereka
berdua bertepuk tangan.
“Dan
penilaian juri terhadap Arief akan menentukan siapakah yang akan lolos mewakili
Kalimantan Barat dalam lomba ini” Tambah juri lagi.
Arief
dan Haikal semakin tegang.
“Dan…
nilai yang diperoleh Arief adalah….. 48 point !!! selamat kepada Arief karena
kamulah yang terpilih sebagai wakil Kalimantan Barat” Juri lalu berbaris
memberikan selamat kepada Arief.
“Terima
kasih ya Allah” Arief lalu bersujud syukur.
“Dan
satu lagi, besok Arief akan segera dikirim ke Jakarta untuk seleksi lanjutan,
jadi persiapkan dirimu dengan matang”
Arief pun pulang membawa berita
bahagia untuk ibunya serta Farhan. Ibunya yang sedang mencuci baju titipan
orang lain pun kaget mendengar berita bahagia itu, ibunya sangat bahagia jika
anaknya kelak menjadi orang sukses. Setelah memberitahu ibunya, Arief langsung
kerumah Farhan yang tanpa disadarinya Darko mengikutinya dari belakang. Darko
akhirnya tau seluk beluk sahabat Arief yang bernama Farhan itu, ia bersiasat karena
ia tak bisa mencelakakan Arief maka ia akan mencelakakan sahabatnya itu agar
Arief mendapat tekanan psikis yang membuatnya down.
Malam harinya, Darko datang
sendirian kerumah Farhan sambil membawa bensin dan korek api untuk membakar
rumah Farhan. Sekejap rumah Farhan hangus terbakar hingga menyebabkan Farhan
harus pindah dari rumahnya itu. Berita tersebut tentu saja membuat Arief
menjadi sedih karena sahabatnya akan pindah ke Banjarmasin untuk menghindari
hal yang serupa, dan satu hal lagi yang membuat Arief sedih ialah ia tak dapat
lagi bisa meminjam biola milik Farhan karena jarak rumah Farhan yang sangat
jauh.
Esok paginya, Arief menjadi was-was
karena ia bingung bagaimana caranya mengikuti lomba jika tak ada biola, ibunya
yang pagi itu melihat Arief sedang kebingungan langsung menawarkan biola usang
milik ayahnya itu seraya memberi nasehat dan dukungan serta do’a.
“Nak,
pakailah biola peninggalan ayahmu ini untuk lomba itu, ayahmu mungkin akan
bahagia di surga jika kamu menggunakan biolanya”
“Baiklah
bu, mohon doanya dan Arief berangkat dulu ke Jakarta” Arief lalu menerima biola
tersebut.
Pagi-pagi sekali Arief sudah tiba di
Bandara Supadio bersama kelima dewan juri. Setelah beberapa jam dalam
perjalanan akhirnya mereka sampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, mereka
langsung menuju ke sebuah stadion musik yang sangat besar. Disana sudah ada 32
peserta lain dari seluruh Indonesia yang siap menunjukkan kehebatan mereka
dalam bermusik. Satu persatu Finalis tampil secara spektakuler, dan akhirnya
giliran Arief pun tiba. Dengan rasa percaya diri akhirnya Arief memainkan lagu
‘I’m Already King’ dari Christian Bautista dengan sangat merdu sehingga seluruh
penonton menjadi meriah dan bertepuk tangan. Setelah seluruh Finalis tampil,
tak diduga Arief ternyata lolos seleksi lagi untuk yang bertaraf Internasional.
Ia langsung dikirim malam itu juga di kota Sydney Australia untuk memukau
seluruh penonton serta dewan juri agar ia memenangkan lomba itu. Ternyata
Finalis dari seluruh dunia sangat sungguh hebat-hebat dalam bermusik
Arief tetap berpositif thinking
karena ia yakin alunan biola yang murni dan merdu berasal dari suara hati yang
tulus, hingga akhirnya ia memilih lagu ‘Imagine’ dari John Lennon (The Beatles)
yang sangat memikat hati seluruh warga mancanegara sehingga tak sedikit
penonton yang mencurahkan air mata karena instrument lagu yang mengharukan itu.
Pesaing Arief yang bernama Mark Yohannes adalah peserta terbaik dari England
yang pernah sekali memenangkan lomba ini, Mark memainkan lagu yang tak kalah
dari Arief yaitu lagu ‘A Thousand Years’ dari Christina Perri. Hingga akhirnya
penilaian terhadap seluruh Finalis dari seluruh dunia itu membuat seluruh juri
pusing kepala karena semuanya memiliki bakat luar biasa. Keputusan akhirnya
telah dibuat, Juara ketiga adalah Anne Franzilles dari Spanyol, Juara Kedua
Mark Yohannes dari England, dan juara pertama adalah Muhammad Arief dari
Indonesia.
Semenjak saat itu, Arief sungguh
terkenal dan dapat apresiasi tinggi dari masyarakat karena kehebatannya
mengalahkan musisi luar negeri dan dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia
dalam bidang Seni Musik. Walaupun terkenal ia tetap ingat kepada ibunya dan
sahabat yang telah mendukung dan mensupport dia hingga namanya menjadi sebesar
itu.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar