Rabu, 03 April 2013

Syair Melody Kemenangan


Syair Melody Kemenangan
Oleh: Muhammad Ridho, SMK Mandiri Ptk #juara 2

            Muhammad Arief adalah anak kurang mampu yang berasal dari Bogor, ia pindah ke Pontianak Kal-Bar karena program imigrasi yang telah ditentukan pemerintah, ia memiliki seorang ibu yang bekerja sebagai tukang cuci, sedangkan ayahnya sudah meninggal karena tanah longsor yang merenggut nyawa sekitar 15 orang disana termasuk ayah Arief.
         
   Arief sekarang bersekolah dikelas XI A di sebuah SMA terkenal di Pontianak, ia dapat bersekolah disitu karena ia mendapat Beasiswa dari SMA tersebut dengan alasan ekonomi keluarga dan dengan kecerdasan yang Arief miliki. Di sekolah tersebut rata-rata tergolong kalangan atas karena orangtua para murid hampir semuanya pengusaha dan orang-orang terpandang, hanya Arief lah satu-satunya siswa yang menggunakan sepeda jika pergi ke sekolah. Tak heran bila Arief selalu dicela dan dihina karena kemiskinannya, namun Arief tak pernah berkecil hati karena ia di sekolah hanya ingin menuntut ilmu dan ingin berprestasi sebagaimana pelajar berprestasi lainnya agar ia dapat membahagiakan ibunya. Dan diantara sekian banyak anak orang kaya yang membenci Arief, ada seseorang yang bernama Darko yang sangat luar biasa benci terhadap Arief sebab Arief selalu dekat dengan sepupu perempuannya yang bernama Melvina.
            Arief memiliki bakat yang sangat luar biasa yaitu ia bisa bermain violin/biola dengan merdu, ia mendapatkan bakat itu karena saat Arief masih kecil, ia diajarkan oleh ayahnya cara bermain biola dengan merdu. Dan Arief memiliki seorang sahabat yang merupakan anak dari sahabat ayahnya, temannya Arief bernama Farhan, Farhan termasuk anak orang kaya, tetapi ia tidak sombong dan selalu mendukung Arief.
            Suatu hari disekolah, Darko memiliki siasat untuk mengerjai Arief, Darko lalu mengajak anggota geng nya untuk bersama-sama menghancurkan sepeda milik Arief. Geng Darko lalu berkumpul di kantin, sedangkan Arief yang sekarang sedang berada di perpustakaan tidak tahu bahwa dirinya akan dikerjai teman sekelasnya sendiri. Setelah sampai di kantin, Darko menjelaskan rencananya kepada teman gengnya.
“Eh guys, aku punya rencana agar si Arief itu tersiksa pas saat pulang sekolah” Darko menjelaskan sambil berbisik.
“Caranya gimana tuh?” Tanya salah satu anggota gengnya.
“Begini….tugasku mecahin ban sepeda miliknya, sedangkan kalian preteli ban serta tempat duduknya, mengerti?”
“Mengerti bos !”
Seusai mereka berdiskusi, mereka langsung mengeksekusi rencana yang telah dibuat sebelumnya, Darko memulai aba-abanya dengan cara memecahkan ban sepeda Arief, lalu dengan segera anggota geng Darko mempretelli serta mengobrak-abrik sepeda milik Arief tanpa ampun. Sepulang sekolah, betapa kagetnya Arief karena yang ia lihat hanya badan sepeda saja yang utuh, sedangkan yang lain sudah terlihat seperti sampah-sampah yang berserakan. Karena hal itu, Arief harus rela pulang kerumah sambil menguras keringat, serta membawa pegal dikaki karena jarak yang di tempuh dari rumah ke sekolah tersebut adalah 15 KM. Sepanjang jalan, Arief hanya menatapi langit sambil merenungkan nasib yang ia sekarang jalani, hatinya seakan mau berteriak namun apa daya, ia hanya seorang anak miskin yang mencoba berusaha dan pantang putus asa.
“Coba saja ayah masih ada….jika ia ada, pasti ia bisa mengantarku ke sekolah meskipun naik sepeda atau jalan kaki itu sudah membuatku bahagia” Gumam Arief didalam hati sambil memperhatikan langkah kakinya.
            Sesampainya dirumah, Arief langsung membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah, barulah setelah itu Arief mengambil biola usang warisan ayahnya yang masih disimpannya secara baik hingga saat ini. Jika Arief merasa sedih, ia sering melantunkan lagu yang selalu dimainkannya, yaitu lagu ‘Ayah’ untuk mengenang ayahnya yang telah meninggal.
            Setiap hari minggu, Arief selalu ke rumah Farhan yang tak jauh dari rumahnya untuk belajar musik dari Farhan karena Farhan mengikuti kursus musik biola internasional. Karena kebetulan hari ini adalah hari minggu, seperti biasa Arief akan mengunjugi rumah Farhan untuk belajar serta berlatih dari Farhan. Arief pun akhirnya sampai didepan pintu rumah Farhan.
“Assalamualaikum” Panggil Arief dari depan pintu.
“Wa’alaikumsalam” Sahut Farhan dari dalam rumah lalu kemudian membukakan pintu.
“Ayo kita latihan”
“Ayo, silahkan masuk” Jawab Farhan mempersilahkan Arief masuk.
“Baiklah” Arief pun masuk bersama Farhan dan langsung menuju ke ruang khusus latihan musik.
“Tadi di kursus, aku Cuma belajar cara memainkan musik mellow, musik mellow itu sungguh susah karena untuk lagu mellow dibutuhkan penghayatan yang luar biasa tinggi”
“Oke lah, kalau begitu langsung saja kita praktekkan”
“Kita coba lagu ‘Bizzare Love Triangle’”
“Not lagunya??”
“Oh iya, nih.. pelajari betul-betul , oke?”
“Oke” Jawab Arief bersemangat.
Mereka akhirnya berlatih dengan keras, Farhan dengan susah payah menyamai permainan biola Arief, namun Farhan sangat susah sekali memainkan instrumen lagu-lagu mellow, tetapi justru Arief sebaliknya, ia malah lebih suka instrumen mellow. Setelah lama berlatih, akhirnya Arief izin pulang untuk belajar kembali lagu tersebut dirumah agar ia bisa menjadi Violinist Profesional seperti Wage Rudolf Supratman, Luluk Purwanto, Maylaffayza Permata Fitri Wiguna, Idris Sardi, Vanessa-Mae Vanakorn Nicholson.
            Esok harinya, seluruh murid SMA sudah masuk sekolah kembali seperti biasa, namun kali ini di sekolah Arief ada pengumuman spesial yang tak diduga-duga. Pada saat jam pelajaran berlangsung, tiba-tiba kepala sekolah datang mengunjungi kelas Arief dan memberi sebuah pengumuman.
“Para murid sekalian, Bapak baru mendapatkan sebuah kabar bahwa SMA kita telah terpilih sebagai wakil provinsi dari Instrumental Violin Solo International Competition, dan besok akan diadakan penyeleksian peserta lomba bertaraf internasional ini, apakah ada yang ingin mengikuti seleksi ini?? Tapi ingat, hanya siswa yang memiliki bakat bermain biola saja yang bisa ikut seleksi ini, dan seandainya salah satu dari kalian lolos seleksi, maka kalian akan dikirim ke Jakarta untuk seleksi kembali dan bersaing dengan 32 peserta dari masing-masing provinsi di Indonesia, ada yang berminat mendaftar?”
Tak lama, Arief dan Melvina mengacungkan tangan dengan cepat. Darko lalu memandang sinis kepada Arief karena ia tak senang jika melihat Arief menang dikompetisi itu. Dan Darko akan berusaha untuk menghancurkan impian Arief menjadi Violinist terkenal dengan cara apapun.
            Akhirnya keputusan pun telah ditetapkan, peserta seleksi ada 3 orang yaitu Arief, Melvina, serta seorang lelaki berperawakan gagah dan menggunakan kacamata. Hari seleksi pun akan diadakan besok untuk memilih satu diantara mereka bertiga yang akan mewakili Kalimantan Barat di Instrumental Violin Solo International Competition. Sepulang sekolah Arief bingung mencari biola yang bagus untuk mengikuti seleksi dan lomba nanti, tiba-tiba terlintas dipikiran Arief tentang Farhan yang memiliki dua biola. Arief lalu mendatangi rumah Farhan untuk meminjam biola miliknya, Arief menceritakan semua tentang perlombaan itu sehingga Farhan mau meminjamkan salah satu biolanya.
            Hari seleksi akhirnya tiba, Arief menenteng tas yang berisi biola Farhan kesekolah, kedua peserta lainnya juga membawa biola masing-masing dan sudah standby di ruang tunggu untuk dipanggil namanya. Dewan juri yang berada didalam ruang seleksi ada 5 orang yaitu Pengamat Musik, Gubernur, Menteri Pendidikan, Menteri Seni dan Budaya, Dan seorang juri dari luar negeri.Peserta pertama yang tampil dihadapan sang juri adalah pria berkacamata, sedangkan Melvina dan Arief diurutan kedua dan ketiga. Karena tahu mereka akan menunggu lama, Melvina berinisiatif mengajak Arief untuk sarapan karena mereka memang belum makan dan sekalian mereka menunggu giliran audisi, Tanpa mereka sadari Darko membuntuti mereka yang sedang makan, lalu kemudian ia memanggil anggota gengnya untuk beraksi lagi agar biola yang disimpan Arief di ruang tunggu seleksi hancur supaya Arief tak bisa ikut lomba tersebut. Darko dan gengnya langsung menuju ke ruang tunggu, dan ia melihat ada dua buah biola yang tergeletak diatas kursi, ia bingung memilih satu diantara kedua biola itu, lalu karena bingung dan tak tahu yang mana biola milik Arief, akhirnya Darko memilih biola yang berada diatas bangku Melvina lalu ia menghancurkannya berkeping-keping dan memutuskan senar biola milik Melvina setelah itu barulah Darko pergi.
            Arief dan Melvina akhirnya kembali ke ruang tunggu, alangkah kagetnya mereka karena dilihatnya biola Melvina hancur sudah tak berbentuk, Melvina langsung menangis tersedu-sedu dan Arief berusaha untuk menenangkannya.
“Melvina, sudahlah.. mimpimu bukan berakhir hanya karena biolamu hancur” Bujuk Arief
“Tapi bagaimana mungkin aku bisa ikut lomba kalau tak ada biola, ibuku akan sangat marah karena aku tak bisa memenangkan lomba itu, aku harus menang karena itu perintah ibuku”
“Melvina, musik itu adalah panggilan jiwa, bukan karena paksaan orang lain, arti musik sesungguhnya adalah ekspresi jiwa yang alami tanpa ada pemaksaan diri”
“Tapi… aku tak ingin ibuku marah”
“Baiklah, gunakan saja biolaku untuk mewujudkan impianmu”
“Lalu? Kamu bagaimana?”
“Aku akan berusaha tahun depan saja, aku tak ingin sahabatku kecewa akan hal ini”
“Te..terima kasih Arief” Jawab Melvina sambil menghapus air matanya.
Tak lama kemudian giliran Melvina tiba, Melvina masuk ke ruang seleksi dengan muram dan rasa bersalah atas keinginannya yang dapat membuat orang lain mengorbankan impiannya demi diri Melvina.
“Anda Melvina??” Tanya salah satu juri, tetapi Melvina masuk dengan tatapan kosong karena seperti memikirkan sesuatu.
“Sepertinya aku salah terhadap pandanganku terhadap musik, musik itu adalah panggilan jiwa, dan musik itu datangnya dari hati dan tak ada yang bisa memaksaku untuk mengeluarkan hasrat di jiwa ini” Gumam Melvina.
“Melvina, silahkan tampilkan bakat anda” Perintah juri, namun Melvina menghiraukannya karena ia masih melamun.
“ Benar kata Arief, mimpiku tak berakhir hanya karena hal kecil itu, tetapi aku sudah menghancurkan impian sahabatku sendiri”
“Melvina? Apa kamu sakit?” Melvina lalu sadar dari lamunannya.
“Tidak, tetapi saya ingin membuat sebuah keputusan”
“Keputusan apa itu?” Tanya juri.
“Saya ingin mengundurkan diri dari seleksi ini” Tegas Melvina.
“Apakah kamu yakin??”
“Yakin”
“Baiklah kalau begitu, silahkan keluar”
Melvina lalu keluar dari ruang audisi dan di depan ruangan sudah ada Arief yang menunggu hasil audisi dari Melvina.
“Bagaimana seleksinya??”
“Aku mengundurkan diri”
“Kenapa” Tanya Arief heran.
“Aku merasa belum pantas untuk lomba ini, dan sebenarnya yang pantas untuk lomba ini adalah kamu Arief” Jelas Melvina.
“Kenapa seperti itu?”
“Karena hanya dirimulah yang memiliki jiwa bermusik yang sangat hebat, dan pokoknya kamu harus ikut seleksi dan jangan kecewakan aku dan ibumu” Jawab Melvina seraya menyerahkan biola Arief.
“Aku akan berusaha semampuku!” Arief menerima biolanya lalu kemudian masuk keruang audisi.
“Anda Arief?” Sapa juri.
“Iya” Jawab Arief.
“Langsung saja tunjukkan kehebatanmu”
Arief lalu menarik nafas panjang lalu ia pub memainkan Instrumen lagu ‘My Heart Will Go On’ dari Celine Dion. Arief memainkan lagu itu dengan penuh penghayatan sehingga para pendengarnya dapat merasakan nuansa sedih dan romantis dari lagu tersebut. Setelah beberapa menit, lagu itu akhirnya selesai, kemudian juri langsung berdiri dari tempat duduknya dan memberikan Stand Up Applause sebagai tanda kekaguman para juri terhadap kemampuan bermusik Arief.
            Setelah beberapa lama juri berdiskusi, pengumuman peserta yang lolos seleksi akan segera diumumkan. Arief dan laki-laki berkacamata itu pun menunggu pengumuman tersebut di ruang tunggu lagi. Beberapa saat kemudian seorang juri keluar ruangan audisi dan menyuruh Arief serta laki-laki itu masuk ke ruangan audisi lagi untuk pengumuman, Mereka lalu berdiri dihadapan dewan juri.
“Setelah menimbang, menilai, dan mendiskusikan hasil penilaian terhadap kalian, ada yang mendapat nilai 42 point yaitu Haikal (lelaki berkacamata)” Juri menjelaskan
Mereka berdua bertepuk tangan.
“Dan penilaian juri terhadap Arief akan menentukan siapakah yang akan lolos mewakili Kalimantan Barat dalam lomba ini” Tambah juri lagi.
Arief dan Haikal semakin tegang.
“Dan… nilai yang diperoleh Arief adalah….. 48 point !!! selamat kepada Arief karena kamulah yang terpilih sebagai wakil Kalimantan Barat” Juri lalu berbaris memberikan selamat kepada Arief.
“Terima kasih ya Allah” Arief lalu bersujud syukur.
“Dan satu lagi, besok Arief akan segera dikirim ke Jakarta untuk seleksi lanjutan, jadi persiapkan dirimu dengan matang”
            Arief pun pulang membawa berita bahagia untuk ibunya serta Farhan. Ibunya yang sedang mencuci baju titipan orang lain pun kaget mendengar berita bahagia itu, ibunya sangat bahagia jika anaknya kelak menjadi orang sukses. Setelah memberitahu ibunya, Arief langsung kerumah Farhan yang tanpa disadarinya Darko mengikutinya dari belakang. Darko akhirnya tau seluk beluk sahabat Arief yang bernama Farhan itu, ia bersiasat karena ia tak bisa mencelakakan Arief maka ia akan mencelakakan sahabatnya itu agar Arief mendapat tekanan psikis yang membuatnya down.
            Malam harinya, Darko datang sendirian kerumah Farhan sambil membawa bensin dan korek api untuk membakar rumah Farhan. Sekejap rumah Farhan hangus terbakar hingga menyebabkan Farhan harus pindah dari rumahnya itu. Berita tersebut tentu saja membuat Arief menjadi sedih karena sahabatnya akan pindah ke Banjarmasin untuk menghindari hal yang serupa, dan satu hal lagi yang membuat Arief sedih ialah ia tak dapat lagi bisa meminjam biola milik Farhan karena jarak rumah Farhan yang sangat jauh.
            Esok paginya, Arief menjadi was-was karena ia bingung bagaimana caranya mengikuti lomba jika tak ada biola, ibunya yang pagi itu melihat Arief sedang kebingungan langsung menawarkan biola usang milik ayahnya itu seraya memberi nasehat dan dukungan serta do’a.
“Nak, pakailah biola peninggalan ayahmu ini untuk lomba itu, ayahmu mungkin akan bahagia di surga jika kamu menggunakan biolanya”
“Baiklah bu, mohon doanya dan Arief berangkat dulu ke Jakarta” Arief lalu menerima biola tersebut.
            Pagi-pagi sekali Arief sudah tiba di Bandara Supadio bersama kelima dewan juri. Setelah beberapa jam dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, mereka langsung menuju ke sebuah stadion musik yang sangat besar. Disana sudah ada 32 peserta lain dari seluruh Indonesia yang siap menunjukkan kehebatan mereka dalam bermusik. Satu persatu Finalis tampil secara spektakuler, dan akhirnya giliran Arief pun tiba. Dengan rasa percaya diri akhirnya Arief memainkan lagu ‘I’m Already King’ dari Christian Bautista dengan sangat merdu sehingga seluruh penonton menjadi meriah dan bertepuk tangan. Setelah seluruh Finalis tampil, tak diduga Arief ternyata lolos seleksi lagi untuk yang bertaraf Internasional. Ia langsung dikirim malam itu juga di kota Sydney Australia untuk memukau seluruh penonton serta dewan juri agar ia memenangkan lomba itu. Ternyata Finalis dari seluruh dunia sangat sungguh hebat-hebat dalam bermusik
            Arief tetap berpositif thinking karena ia yakin alunan biola yang murni dan merdu berasal dari suara hati yang tulus, hingga akhirnya ia memilih lagu ‘Imagine’ dari John Lennon (The Beatles) yang sangat memikat hati seluruh warga mancanegara sehingga tak sedikit penonton yang mencurahkan air mata karena instrument lagu yang mengharukan itu. Pesaing Arief yang bernama Mark Yohannes adalah peserta terbaik dari England yang pernah sekali memenangkan lomba ini, Mark memainkan lagu yang tak kalah dari Arief yaitu lagu ‘A Thousand Years’ dari Christina Perri. Hingga akhirnya penilaian terhadap seluruh Finalis dari seluruh dunia itu membuat seluruh juri pusing kepala karena semuanya memiliki bakat luar biasa. Keputusan akhirnya telah dibuat, Juara ketiga adalah Anne Franzilles dari Spanyol, Juara Kedua Mark Yohannes dari England, dan juara pertama adalah Muhammad Arief dari Indonesia.
            Semenjak saat itu, Arief sungguh terkenal dan dapat apresiasi tinggi dari masyarakat karena kehebatannya mengalahkan musisi luar negeri dan dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia dalam bidang Seni Musik. Walaupun terkenal ia tetap ingat kepada ibunya dan sahabat yang telah mendukung dan mensupport dia hingga namanya menjadi sebesar itu.
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar