Oleh: Ronalia Ningsih, SMA Haruniyah Ptk
Saat
fajar mulai terlihat, menyapa pagi yang bersinar cerah. Seperti biasa kakinya
berjalan menyusuri persawahan sembari menjinjing sebuah kantong plastik yang
berisikan buku-buku pelajaran.
“Assalamu’alaikum”
Sapaan
kepada seorang lelaki yang sudah separuh baya, yang sedang duduk di kursi.
Lelaki
itu tak lain adalah gurunya sendiri yang bernama Pak Kamto. Menoleh
“wa’alaikum salam” sahutnya. Memasuki ruang kelas dan duduk dikursi yang masih
berlantaikan tanah.
Seperti
biasa aku duduk di kelas dengan kondisi ruangan yang tak layak untuk dipakai
saat hujan turun, kami kebasahan dan saat panas, kami kepanasan tapi tak
sedikitpun membuat pudar semangat kami untuk bela
Malam
ditaburi bintang-bintang saat aku duduk dibawah pohon, memandangi nenek tua
itu, orang yang selama ini mengasuh ku sejak aku kecil. Dalam hati ini pun
berkata-kata siapa aku, siapa orangtua ku, dan siapa nenek tua itu. Aku
hanyalah seorang anak yang tak berdosa yang dibuang dan dipungut oleh nenek tua
yang tak aku kenali. Andaikan ku dapat menggapai bintang kan ku persembahkan
untuk mu.
Angin
malam terasa sejuk, menusuk setiap sendi-sendi tulang ku, segera ku berbaring
ditempat tidur dan dalam hati aku berdoa:
“Ya
Allah terima kasih atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada ku selama ini,
kini ku telah beranjak dewasa, ingin rasanya ku putar roda kehidupan karena ku
ingin melihatnya terssenyum ketika ku menjadi orang yang sukses”
Sunyi malam menemani setiap doa-doa
yang selalu ku panjatkan, seakan-akan angin menerbangkan harapan dan impian
bersama bintang-bintang. Dalam setiap sujud malam selalu ku doakan kebahagiaan
nenek yang selalu menyayangi ku dengan tulus, kelak aku akan membahagiakan
nenek dan berhasil menjadi orang yang sukses.
Aku melirik jam di dinding, tepat
pukul 24.00 ku pandangi seketika wajah tua itu, tidur hanya beralaskan tikar
yang terbuat dari anyaman bambu, bagaikan duri yang menancap, begitulah
perasaan ku, rasa sakit ini. Masih terpancar senyum dan semangat darinya, ku
bisikkan ditelinganya, “aku sayang nenek” ucapku sambil kucium kening yang
keriput itu.
Semalaman aku tidak tidur,
menyelesaikan anyaman nenek yang belum selesai karena ke esokan paginya akan
dijual.
“Allah hu akbar, Allah hu
Akbar...............”
Saat adzan berkumandang selesai
juga anyaman dan segera ku bangunkan nenek untuk sholat berjama’ah, mengambil
air wudhu dengan jalan yang tertatih-tatih dan melaksanakan sholat berjamaah.
Ketika matahari mulai menyapa dengan kehangatannya bergegas ku bersiap-siap
untuk pergi ke pasar untuk menitipkan
anyaman bambu tersebut kepada salah satu penjual yang ada di pasar dan pergi ke
sekolah.
“Assalamu’alaikum” pamit ku kepada
nenek tua tersebut sebelum pergi kucium tangannya yang terasa dingin namun
penuh semangat itu.
“Wa’alaikum salam” jawabnya, aku
pun segera bergegas pergi sambil membawa anyaman yang telah dibuat kemarin
malam oleh nenek yang setengahnya kuselesaikan dengan harapan anyaman bambu
tersebut akan laku terjual paginya, bismillah ucap ku dalam hati, Ya
Allah semoga anyaman bambu ini terjual dengan segera, amiiin.
Saat aku menuju sekolah ku, baru ku
sadari sekarang aku sudah kelas XII berarti tidak lama lagi aku akan lulus
sekolah, ingin rasanya saat lulus nanti aku dapat melanjutkan ke perguruan
tinggi, namun itu segera kulupakan karena mengingat biayanya nanti, maka ku
putuskan nanti untuk lansung bekerja saja setelah lulus nanti. Saat aku sampai
di gerbang sekolah terlihat dari kejauhan sudah ramai didepan sekolah entah ada
apa aku pun menjadi sedikit agak bingung, ditambah lagi salah seorang guru
memanggil-manggil nama ku. “Waduh ada apa ya ?” aku berkata-kata dalam hati,
segera aku bergegas menghampiri salah seorang guru yang memanggil ku tersebut,
dengan wajah yang seketika berubah gembira guru tersebut segera menghampiri ku
dan segera menjabat tangan ku dengan erat sambil mengatakan “selamat ya Rona,
kamu adalah salah satu dari siswa yang berprestasi mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi ternama di Indonesia, Allah hu akbar takbir ku dalam hati.
“Selamat ya......!!! selamat Rona” ucap teman-teman dan guru-guru sembari
menyalami ku satu persatu.
Aku berlari tanpa henti, dengan
hati yang bahagia dan senyum yang masih berkembang, aku menghampiri nenek yang
sedang duduk di teras depan rumah. “Assalamu’alaikum” segera ku peluk dan
kucium nenek tua tersebut, dengan wajah yang masih kebingungan dan penuh tanda
tanya, langsung kutarik nenek tersebut ke dalam rumah dan langsung ku beritahu
nenek bahwa aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi yang terkemuka di kota ku, kata ku dengan wajah yang masih dengan senyum
yang belum hilang, seketika kulihat nenek menangis, segera kutanyakan mengapa
nenek menangis, nenek mengatakan bahwa ia merasa senang atas keberhasilan ku
karena dapat masuk ke perguruan tinggi dengan beasiswa yang kudapatkan. Kami
pun melakukan sujud syukur berdua didalam rumah dengan rasa yang sukacita.
Tak terasa sudah lebih dari
beberapa tahun aku meninggalkan kampung ku untuk menimba ilmu dan bekerja, dan sekarang
aku berhasil. Ada perasaan rindu dengan kampung halaman, nenek, teman bermain
dan semuanya. Kemudian aku berpikir untuk mengambil waktu libur ku untuk
kembali ke kampung halaman yang telah lama kurindukan, lagi pula aku sudah
sangat rindu akan suasana kampung ku tersebut. Dengan menggunakan mobil bewarna
hitam kupacu mobil ku menuju kampung halaman ku dengan kenangan indah yang
selalu membayang di pikiranku dan betapa senangnya saat aku bertemu dengan
nenek orang yang telah mengasuhku sejak kecil dengan kesabaran dan dengan
kesederhanaan yang dimilikinya tersebut. Tanpa terasa saat petang sudah mulai
hilang aku sudah sampai di kampung halaman yang kucinta. Segera aku turun dari
mobil menyusuri jalan setapak kampung ku dengan berjalan kaki, karena kampung
ku tidak bisa dimasuki kendaraan roda empat, sementara mobil ku titipkan kepada
tetangga yang rumahnya berada di dekat jalan.
Ketika aku sudah sampai didepan
rumah, perasaan bahagia ini tak dapat diucapkan, aku termangu didepan rumah
yang dimana semenjak kutinggalkan sejak lulus SMA untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi hingga berhasil mendapatkan pekerjaan yang sangat bisa
dikatakan layak, masih seperti dulu
tidak ada perubahan sedikitpun, yang dimana halamannya yang kecil hanya ada
satu pohon yang tumbuh didepannya sebagai penghias rumah namun bersih, rumah
kecil yang terbuat dari bilik bambu, tetapi disitulah kenangan ku tersimpan
dengan indahnya.
Segera aku memasuki halaman rumah
tersebut dan aku menuju pintu rumah ku ketuk dan ku ucapkan salam “assalamu’alaikum”,
terdengar dari luar langkah kecil menuju pintu rumah sambil menjawab salam
“wa’alaikum salam”, dengan suara yang bergetar saat pintu terbuka kucium tangan
dan kupeluk wanita tersebut. Nek ini aku Rona,cucu mu, kataku kepada nenek tua
tersebut, segera dia membalas pelukanku dengan lebih erat lagi. Segera aku
masuk kerumah itu, kuperhatikan sekeliling rumah, tak ada perubahan sedikitpun
sama seperti dulu rumah yang berlantaikan tanah, namun bersih dan rapi walaupun
tanpa perabotan rumah tangga yang menghiasi didalamnya.
Tak terasa malam sudah larut,
karena saking asiknya aku bercerita kepada nenek pengalamanku menimba ilmu dan
sekarang telah menjadi sukses. Segera kami berdua menuju kamar untuk tidur,
saat itu nenek langsung tidur sedangkan aku masih terjaga dari tidur ku, aku
masih teringat dulu saat aku membantu nenek membuat anyaman bambu. Sekarang aku
sudah berhasil dan sekarang aku sudah sukses dan menjadi direktur hotel
ternama, memilki restoran, itu semua berkat kerja keras, ketekunan, serta doa
yang nenek sertakan untuk selalu. Sekarang aku ingin membalas itu semua dengan
mengajak nenek untuk tinggal bersama ku, karena dulu aku pernah berjanji akan
mempersembahkan bintang untuk nenek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar