Rabu, 03 April 2013

Kan Ku Persembahkan Bintang Untuk Mu


Oleh: Ronalia Ningsih, SMA Haruniyah Ptk

Saat fajar mulai terlihat, menyapa pagi yang bersinar cerah. Seperti biasa kakinya berjalan menyusuri persawahan sembari menjinjing sebuah kantong plastik yang berisikan buku-buku pelajaran.
“Assalamu’alaikum”
Sapaan kepada seorang lelaki yang sudah separuh baya, yang sedang duduk di kursi. Lelaki
itu tak lain adalah gurunya sendiri yang bernama Pak Kamto. Menoleh “wa’alaikum salam” sahutnya. Memasuki ruang kelas dan duduk dikursi yang masih berlantaikan tanah.
Seperti biasa aku duduk di kelas dengan kondisi ruangan yang tak layak untuk dipakai saat hujan turun, kami kebasahan dan saat panas, kami kepanasan tapi tak sedikitpun membuat pudar semangat kami untuk bela
Malam ditaburi bintang-bintang saat aku duduk dibawah pohon, memandangi nenek tua itu, orang yang selama ini mengasuh ku sejak aku kecil. Dalam hati ini pun berkata-kata siapa aku, siapa orangtua ku, dan siapa nenek tua itu. Aku hanyalah seorang anak yang tak berdosa yang dibuang dan dipungut oleh nenek tua yang tak aku kenali. Andaikan ku dapat menggapai bintang kan ku persembahkan untuk mu.
Angin malam terasa sejuk, menusuk setiap sendi-sendi tulang ku, segera ku berbaring ditempat tidur dan dalam hati aku berdoa:
“Ya Allah terima kasih atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada ku selama ini, kini ku telah beranjak dewasa, ingin rasanya ku putar roda kehidupan karena ku ingin melihatnya terssenyum ketika ku menjadi orang yang sukses”
Sunyi malam menemani setiap doa-doa yang selalu ku panjatkan, seakan-akan angin menerbangkan harapan dan impian bersama bintang-bintang. Dalam setiap sujud malam selalu ku doakan kebahagiaan nenek yang selalu menyayangi ku dengan tulus, kelak aku akan membahagiakan nenek dan berhasil menjadi orang yang sukses.
Aku melirik jam di dinding, tepat pukul 24.00 ku pandangi seketika wajah tua itu, tidur hanya beralaskan tikar yang terbuat dari anyaman bambu, bagaikan duri yang menancap, begitulah perasaan ku, rasa sakit ini. Masih terpancar senyum dan semangat darinya, ku bisikkan ditelinganya, “aku sayang nenek” ucapku sambil kucium kening yang keriput itu.
Semalaman aku tidak tidur, menyelesaikan anyaman nenek yang belum selesai karena ke esokan paginya akan dijual.
“Allah hu akbar, Allah hu Akbar...............”
Saat adzan berkumandang selesai juga anyaman dan segera ku bangunkan nenek untuk sholat berjama’ah, mengambil air wudhu dengan jalan yang tertatih-tatih dan melaksanakan sholat berjamaah. Ketika matahari mulai menyapa dengan kehangatannya bergegas ku bersiap-siap untuk pergi ke pasar untuk  menitipkan anyaman bambu tersebut kepada salah satu penjual yang ada di pasar dan pergi ke sekolah.
“Assalamu’alaikum” pamit ku kepada nenek tua tersebut sebelum pergi kucium tangannya yang terasa dingin namun penuh semangat itu.
“Wa’alaikum salam” jawabnya, aku pun segera bergegas pergi sambil membawa anyaman yang telah dibuat kemarin malam oleh nenek yang setengahnya kuselesaikan dengan harapan anyaman bambu tersebut akan laku terjual paginya, bismillah ucap ku dalam hati, Ya Allah semoga anyaman bambu ini terjual dengan segera, amiiin.
Saat aku menuju sekolah ku, baru ku sadari sekarang aku sudah kelas XII berarti tidak lama lagi aku akan lulus sekolah, ingin rasanya saat lulus nanti aku dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, namun itu segera kulupakan karena mengingat biayanya nanti, maka ku putuskan nanti untuk lansung bekerja saja setelah lulus nanti. Saat aku sampai di gerbang sekolah terlihat dari kejauhan sudah ramai didepan sekolah entah ada apa aku pun menjadi sedikit agak bingung, ditambah lagi salah seorang guru memanggil-manggil nama ku. “Waduh ada apa ya ?” aku berkata-kata dalam hati, segera aku bergegas menghampiri salah seorang guru yang memanggil ku tersebut, dengan wajah yang seketika berubah gembira guru tersebut segera menghampiri ku dan segera menjabat tangan ku dengan erat sambil mengatakan “selamat ya Rona, kamu adalah salah satu dari siswa yang berprestasi  mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi ternama di Indonesia, Allah hu akbar takbir ku dalam hati. “Selamat ya......!!! selamat Rona” ucap teman-teman dan guru-guru sembari menyalami ku satu persatu.
Aku berlari tanpa henti, dengan hati yang bahagia dan senyum yang masih berkembang, aku menghampiri nenek yang sedang duduk di teras depan rumah. “Assalamu’alaikum” segera ku peluk dan kucium nenek tua tersebut, dengan wajah yang masih kebingungan dan penuh tanda tanya, langsung kutarik nenek tersebut ke dalam rumah dan langsung ku beritahu nenek bahwa aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang terkemuka di kota ku, kata ku dengan wajah yang masih dengan senyum yang belum hilang, seketika kulihat nenek menangis, segera kutanyakan mengapa nenek menangis, nenek mengatakan bahwa ia merasa senang atas keberhasilan ku karena dapat masuk ke perguruan tinggi dengan beasiswa yang kudapatkan. Kami pun melakukan sujud syukur berdua didalam rumah dengan rasa yang sukacita.
Tak terasa sudah lebih dari beberapa tahun aku meninggalkan kampung ku untuk menimba ilmu dan bekerja, dan sekarang aku berhasil. Ada perasaan rindu dengan kampung halaman, nenek, teman bermain dan semuanya. Kemudian aku berpikir untuk mengambil waktu libur ku untuk kembali ke kampung halaman yang telah lama kurindukan, lagi pula aku sudah sangat rindu akan suasana kampung ku tersebut. Dengan menggunakan mobil bewarna hitam kupacu mobil ku menuju kampung halaman ku dengan kenangan indah yang selalu membayang di pikiranku dan betapa senangnya saat aku bertemu dengan nenek orang yang telah mengasuhku sejak kecil dengan kesabaran dan dengan kesederhanaan yang dimilikinya tersebut. Tanpa terasa saat petang sudah mulai hilang aku sudah sampai di kampung halaman yang kucinta. Segera aku turun dari mobil menyusuri jalan setapak kampung ku dengan berjalan kaki, karena kampung ku tidak bisa dimasuki kendaraan roda empat, sementara mobil ku titipkan kepada tetangga yang rumahnya berada di dekat jalan.
Ketika aku sudah sampai didepan rumah, perasaan bahagia ini tak dapat diucapkan, aku termangu didepan rumah yang dimana semenjak kutinggalkan sejak lulus SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi hingga berhasil mendapatkan pekerjaan yang sangat bisa dikatakan layak,  masih seperti dulu tidak ada perubahan sedikitpun, yang dimana halamannya yang kecil hanya ada satu pohon yang tumbuh didepannya sebagai penghias rumah namun bersih, rumah kecil yang terbuat dari bilik bambu, tetapi disitulah kenangan ku tersimpan dengan indahnya.
Segera aku memasuki halaman rumah tersebut dan aku menuju pintu rumah ku ketuk dan ku ucapkan salam “assalamu’alaikum”, terdengar dari luar langkah kecil menuju pintu rumah sambil menjawab salam “wa’alaikum salam”, dengan suara yang bergetar saat pintu terbuka kucium tangan dan kupeluk wanita tersebut. Nek ini aku Rona,cucu mu, kataku kepada nenek tua tersebut, segera dia membalas pelukanku dengan lebih erat lagi. Segera aku masuk kerumah itu, kuperhatikan sekeliling rumah, tak ada perubahan sedikitpun sama seperti dulu rumah yang berlantaikan tanah, namun bersih dan rapi walaupun tanpa perabotan rumah tangga yang menghiasi didalamnya.
Tak terasa malam sudah larut, karena saking asiknya aku bercerita kepada nenek pengalamanku menimba ilmu dan sekarang telah menjadi sukses. Segera kami berdua menuju kamar untuk tidur, saat itu nenek langsung tidur sedangkan aku masih terjaga dari tidur ku, aku masih teringat dulu saat aku membantu nenek membuat anyaman bambu. Sekarang aku sudah berhasil dan sekarang aku sudah sukses dan menjadi direktur hotel ternama, memilki restoran, itu semua berkat kerja keras, ketekunan, serta doa yang nenek sertakan untuk selalu. Sekarang aku ingin membalas itu semua dengan mengajak nenek untuk tinggal bersama ku, karena dulu aku pernah berjanji akan mempersembahkan bintang untuk nenek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar